29 February 2008

Mimpi yang Nyata

Berlari kita ke hutan
Bermain kita ke taman
Saling berkejaran
Tertawa dan menjerit suka-suka kita
Keluarkan semua beban yang ada

Lalu berhenti,
Kamu pegang tanganku
Kamu minta aku menatap ke langit
Kamu tersenyum dan berkata
Nanti kamu berada di atas sana

Katamu lagi
Kalau kamu nanti pergi
Kalau aku merindukanmu
Lihat ke langit dan pejamkan mata
Khayalkan semuanya tentang kita

Aku minta kamu jangan pergi
Kamu isyaratkan yang hidup pasti mati
Lalu aku menanti dengan sedih
Saatku bangun pagi
Kamu tlah pergi..

Dalam Raguku

Tengah malam,
Luruh seluruh kalbu
Melihat kau dengan tatapan kecil hampamu
Seolah melontarkan sejuta kata
Mencoba menyakinkan aku dalam sejuta rasa

Aku tergugu,
Seakan ada desiran alus yang menyiram kalbu
Sungguh kah itu?
Hening malam jadi berkabut, ia membisu...
Aku terdiam dalam keangkuhan malam

Ku akui dalam hati jujur nan berbisik
Aku juga sayang kamu, tapi
Tapi saat ini aku belum mampu
Beri aku waktu, tunggu aku

Jika nanti,
Kau pergi tanpa kepastian dariku
Kan membuatku semakin tersakiti oleh asa ini
Akan kusimpan ia, saat ini dan saat nanti
Ia akan menyertai jiwamu sayang
Ia akan kekal, aku akan menunggu dalam ragu

Maafkan aku karena tak bisa memberi yang pasti
Malah aku semakin menyakitimu
Maaf pun tak sempat terucap dalam mata berkacamu
Kau pun berlalu meninggalkan seribu tanyaku
Hingga mataku tak mampu terpejamkan lagi...


Sabar & Optimisme

Sumber : Andrias sang motivator
Dalam sebuah kisah Tiongkok dikisahkan, ada seorang pemuda yang
hendak belajar kungfu.
Datanglah dia pada sebuah perguruan kungfu.
Dia menghadap gurunya dan berkata, "Guru, ajarilah saya kungfu!"
Sang guru menerima dia menjadi murid, namun keesokan harinya sang
guru menugaskan dia menjadi seorang juru masak perguruan.
Sambil menyerahkan sebuah cerobong kecil yang terbuat dari besi kasar beliau berkata, "Tugasmu menjadi juru masak dan setiap engkau meniup api dengan cerobong besi ini, tekan dan remas dengan kuat cerobong ini. Aku akan mengajarkan kungfu jika cerobong ini sudah halus dan bayanganku terlihat jelas."
Bertahun-tahun berlalu. Sang murid mulai tak sabar terus-terusan
menjadi juru masak. Setiap tahun dia menanyakan kapan dia belajar
kungfu, namun sang guru tetap mengatakan sampai cerobong besi itu halus.
Sampai akhirnya dia menunjukkan cerobong besi yang sudah halus itu
pada gurunya. Sang guru tersenyum dan berkata, "Sekaranglah saatnya.
Aku akan mengajarkan kepadamu ilmu yang penting, tetapi carikan dulu
aku bambu yang paling keras di hutan."
Maka berangkatlah sang murid ke hutan. Ia meremas setiap bambu yang
ditemuinya di hutan itu. Herannya tak satu pun dari bambu-bambu itu
yang didapatkannya cukup keras.
Sampai sore hari pun dia tak menemukan bambu yang keras di hutan itu.
Akhirnya sang murid itu pulang dengan tangan hampa.
Dengan kelelahan dia berkata pada gurunya, "Guru, maafkan saya. Saya
sudah mencari kemana-mana, tetapi ternyata tidak ada bambu yang keras
di hutan. Besok saya akan pergi ke hutan lain untuk mencarinya."
Sang guru tersenyum sambil berkata, "Muridku, saat ini engkau telah
menguasai dua hal. Yang pertama kesabaran dan yang kedua adalah jurus tangan
peremuk tulang.

Siapa pun lawanmu, engkau bisa meremukkan tulangnya dalam
sekejap. Jadi, saat ini engkau sudah menjadi salah satu pesilat tangguh dan
sukar dikalahkan.
Namun, bukan cuma itu. Engkau juga telah melatih kesabaranmu yang akan membantumu untuk bisa mempelajari ribuan jurus-jurus lainnya."
Sabar adalah kombinasi yang harmonis antara rasa syukur, optimisme dan gigih
(persistensi)
Rasa syukur dapat mengkonversi kondisi terburuk menjadi mempunyai hikmah dan kebaikan.
Optimisme adalah kemampuan,kita menciptakan harapan
Dan persistensi adalah kesadaran diri untuk tetap bergerak, berusaha dan
berjuang. Itulah makna sesungguhnya dari kata "sabar".
Di tengah masyarakat yang sedang dihalau oleh ajaran-ajaran cepat lulus,
Cepat kerja, cepat naik jabatan, cepat untung, cepat kaya, cepat langsing,
dan serba cepat lainnya, kata "sabar" seolah-olah menjadi kadaluarsa. Orang
yang terkesan sabar menjadi aneh dan kurang gaul alias ketinggalan jaman.
Membentuk watak tak bisa secara instan. Membangun karakter tak
mungkin dilakukan dalam sekejap mata.
Sebab karakter itu merupakan kumpulan dari habitus, semacam insting perilaku yang sudah mendarah daging dan karenanya kenyal tak gampang patah.
Apa yang perlahan dibentuk oleh guru kungfu dalam diri pemuda yang mau belajar
kepadanya adalah mendahulukan yang utama (first thing first)
Yang utama itu adalah watak dan karakter, yaitu menjadi orang yang tekun
bekerja, gigih berjuang, sabar menanti saatnya.
Di atas watak yang demikian ini bisa dibangun kompetensi, keahlian, keterampilan sebagai pendekar peremuk tulang. Keduanya, baik watak maupun kompetensi yang menyertainya, berjalan selaras.Ketekunan bekerja dan kesabaran berproses menjadi jalan menuju lahirnya kompetensi sebagai pendekar peremuk tulang.
Sungguh luar biasa!

14 February 2008

Jepret4!





Bungaku
Kelopakmu basah semalam diguyur hujan
Warna-warni auramu melayukan mataku
Aku sempat terpana, hingga merontak dalam otak kotorku
Menjamahmu dalam dinding seribu khayal
Aku hampir khilaf...
Hingga wangianmu menyadarkan aku
Aku hanya bisa menikmati keindahanmu
Bukan untuk memilikimu
Aku Abadikan dirimu dalam dekapan lensa cintaku