24 May 2007

Gerhana

Lelah langkah kaki ini berjalan mengitari lorong waktu
Bersembunyi
Bumi memagari
Lalu mengintip dari celah alam, hampir sirna
Saat Matahari dan Bulan bersua, berpelukan
Bumi menjadi gelap
Gerhana...
Dekade takdir yang mempertemukan kami
Adalah malam pahit yang diderita bumi

Perlahan kami menjarangkan diri
Hingga celah itu semakin tampak
Sinar itu ada kembali, dari bagian diri kami yang asli
Lepas, bebas dan melayang
Kembali ke poros
Menyombongkan diri
Dalam kantung-kantung kerinduan yang pernah terkoyak

09 May 2007

Keinginan terakhir Putri


Bunda,…
Jiwa mu selembut awan
Titisan air yang terjatuh sempat mengigilkan hati
Membentuk jiwaku untuk bangkit
Mengikis sisa hidup dalam impian sebuah dunia dongeng

Bunda,…
Meski sesaat, aku pernah bertahan
Melihat dan menatap bunda tersenyum
Dalam perjalanan singkat hidupku,
Sungguh aku bahagia bunda
Meski takdir mengatakan lain dalam titisan nya

Bunda,…
Jika ajal ini menjemput
Aku ingin tidur disisi bunda
Ketika, satu…satu nafas di hempas dan terlepas
Rasakan kembali,
Nina bobok panjang dalam tasbi Ilahi yang bunda bisikan
Selimuti dan peluk aku bunda, yang erat
Hingga aku tidak perlu takut menghadap malaikat maut

Orang-orang sepertimu


Kau dan aku berada di pelabuhan yang berbeda,
Mencoba merangkai menyatukan pucuk-pucuk benang
Memintal dan menyatukannya hingga menjadi indah,
Tapi apa bisa?

Tiap lontar utara yang terkata
Kau malah mencela, memandang sebelah mata
Tidak memberi ruang untuk sebuah fakta
Aku merunduk, malah semakin hina
Menyapu bening air dari setiap kelopak mata
Sayu…semakin sayu hingga terkatup

Pagi itu hampir aku memikir untuk tidak bermimpi
Mendapatkan secuil kasih dan belas kasih,
Dari orang-orang seperti dirimu
Yang ada aku kini hanya ingin pergi,…
Jauh dan tak ingin kembali

Kanvas

Gersang, menyapu dalam gagap-gigip…
Seutas tali mengakiri hidup, manusia tolol !
Mata itu redup, lidah terjulur kesakitan
Ada damai dipaksakan,…

Aku melihat sekarat

Ah…pantengong! Mati kok karena cinta? Hujat hati
Selang waktu jiwaku yang menghardik berbalas,
Gersang dan kosong…bait-bait obat mujarab itu hilang
Terlena dengan buaian faktamorgana cinta

Aku hampir seperti manusia tolol !
Ngakak sang teman telah merontakan otakku yang kotor
Pada waktu itu,…
Jiwaku memang sakit, otakku sarap
Kesakitan dalam ronta yang mengoda, mencela…

Ucap bibir yang bergetar tulus, Astafirullah!
Akhirnya,…
Kanvas,
kembali mewarna-warni hidupku kini

Puisi Untuk Mu (17Des2003)

Waktu tiba,
Kau pergi karena langkah mu
Aku mencaci dalam hati
Kau curi dia untuk pergi
Buat hari ku sepi,menunggu batas mu hadir
Walau iklas pernah terucap diujung bibir

Cari dan akhirnya menanti
Jangan sampai aku mati dalam letih
Jari yang tersentuh,bibir yang tergigit
Rindu yang menyibak tirai mimpi ku
Semalam menyentuh dinding klimaks ku I

Sayang ini puisi untuk mu
Coba pecahkan teka-teki hadir mu ntuk ku
Yang pernah kau biarkan
Jangan biarkan lagi terpagar oleh dinding
Yang menjadi batas pada waktu mu...

Andai memang aku bukan yang kau ingini
Jangan biarkan tangis ku dalam janji mu
Jangan biarkan,...
Karena puisi ini tertulis untuk mu
Untuk yang hanya bisa menanti mu.

Langkah Mu (5Maret2004)

Sayang,
Semalam dalam resah tidurmu
Kau meminta aku ntuk jangan pergi
Karena kau tak ingin sepi menghampiri lagi
Kau dekap tubuh ini, aku pun berbisik
"..saat malam menjelang kau akan dapati diriku disini..",

Sayang,
Matahari tersenyum
Ketika tubuh ini masih diselimuti kerinduan
Harum tubuhmu semalam
Mengalir pada setiap nafas yang terkeluar

Aku sayang padamu,
Tak mampu ntuk aku gerakkan
Kata seakan terhenti
Mata ini hanya mampu mengalirkan senyummu, tawamu
Dan canda kita dikala malam

Biarkan aku pergi sayang,
Karena ketika malam tiba
Ada pagi yang akan membawa dirimu pergi jua
Mengejar mimpi ntuk selesaikan janji
Aku pasti menanti dan menagih saat kau kembali

Keangkuhan Matahari

Bila mentari mulai meniduri bumi segala jadi gelap
Malam pun datang dan Aku sangat membencinya...
Aku harus menguras otak kotorku untuk memikirkan kekotoran prilakumu...
Terhadap orang-orang sepertiku...

Gantungkan mimpi dan berharap tidak bertemu dirimu lagi
Segentong bunyian ku suarakan untuk memanggil pagi
Terus berjalan mencari kesibukan...
Sehingga tiada celah tentangmu untukku pikirkan lagi...

Biar ku pasung kebebasan berekspresi tentang keindahanmu
Meski bukan benci atau dengki, kan ku bius diri...
Hingga aku tenang tidak bertemu dirimu lagi kala kelam menjelang
Kala ku berharap ada pagi yang menyongsong hariku lagi...