(Sekedar berbagi buat temans semua...dan biar tidak ada lagi kesewenang-wenangan, dan menjadi pelajaran bagi semua orang... ini tulisan titipan saudaraku Dedy Sinuaji, yang semangat ya! kebenaran tidak pernah lari dari rel-nya jika itu sebuah kebenaran...)
Sungguh sangat disayangkan, sebuah event Photo Competition tahunan yang diselenggarakan oleh pihak operator selular ternama XL berakhir dengan mengecewakan. Hal itu saya alami sendiri dan beberapa rekan fotografer lainnya yang telah bersusah payah mengirimkan fotonya untuk meramaikan kompetisi tersebut.
Saya (Dedy Sinuhaji) terus terang tak bisa menyimpan kecewaan dengan sikap maupun keputusan yang diambil pihak panitia XL Award 2008. Tidak semata karena keputusan mereka yang membatalkan kemenangan saya tanpa dasar aturan yang kuat, tapi juga karena ketidakprofesionala n panitia yang telah mengundang saya untuk datang ke Jakarta .
Untuk lebih memudahkan Anda memahaminya, saya buat kronologisnya sebagai berikut:
Pada tanggal 1 Maret 2009, tepatnya pada sore hari, saya dihubungi oleh panitia lomba foto XL bernama Yus dengan nomor ponsel 081510782447. . Dia mengabarkan, bahwa foto saya masuk 3 besar dalam lomba foto tersebut. Karena itu, saya diundang ke Jakarta untuk mengikuti acara penyerahan hadiah di Marrios Place , Cikini, Jakarta .
Awalnya, saya tidak percaya. Dalam benak saya, masa sih lomba diadakan oleh operator selular Xl, tapi yang menghubungi saya menggunakan nomor operator lain? Pertama, saya beranggapan bahwa ada teman yang ingin mengerjai saya. Makanya, saya sempat mengabaikannya.
Pada tanggal 3 Maret 2009, Telepon genggam saya berbunyi di pagi hari dan ternyata Yus kembali menghubungi saya dengan menggunakan nomor 021-83702660. Pria tersebut kembali mengabarkan hal yang sama. Dan lagi-lagi dia mengundang dan menyuruh saya datang ke Jakarta . Namun, dia meminta agar saya membeli tiket pesawat pakai uang saya dulu dan nanti akan diganti di Jakarta.
Dia juga berpesan, agar sesampainya di Jakarta saya segera menghubungi kembali ke nomor 081510782447. Katanya, agar mereka tahu bahwa saya telah tiba di Jakarta dan untuk keperluan check-in hotel tempat beristirahat. Saya pun beranjak membeli tiket sambil mengurus surat izin permisi dari kantor tempat saya bekerja.
Besoknya, 4 Maret 2009, sekira pukul 10.00 WIB saya beranjak dari Medan menuju Jakarta menaiki pesawat Batavia Air.. Setibanya di Jakarta saya menghubungi Yus ke nomor yang disebutnya tadi..
Dia lantas menyuruh saya datang ke kantor Panitia dengan menggunakan bus Damri Pasar Minggu dari Bandara Soekarno Hatta. “Kamu naik bus Damri Pasar Minggu dan turun di Jembatan Pancoran. Kalau sudah sampai hubungi saya kembali,” katanya lewat pembicaraan melalui handphone.
Saya pun berangkat dengan menaiki bus tersebut dan turun di jembatan Pancoran. Kalau tidak salah di depan Rumah Cantik Mustika Ratu. Saya menghubunginya kembali. Dia kemudian mengutus orang yang disebutnya bernama Ateng untuk menjemput saya.
Selang 10 menit, Ateng tiba dengan menggunakan sepeda motor untuk menjemput di tempat saya menunggu. Dan kami pun beranjak menuju Kantor Panitia Lomba Foto XL di Jl. Prof. Dr. Soepomo Komplek Bier No 1A Menteng Dalam, Jakarta Selatan.
Saat itu baru saya tahu bahwa saya berada di Kantor Aliansi Jurnalistik Independen (AJI) Jakarta dan baru tahu juga bahwa panitia lomba XL tersebut adalah orang AJI yang menggunakan nama KOJI, singkatan dari Koperasi Jurnalistik Independen. Saya tahu singkatan KOJI tersebut dari Ateng.
Sesampainya di kantor AJI Jakarta tersebut, saya berjumpa dengan Yus dan panitia lainnya, saya lupa namanya. Kita pun berkenalan sambil berjabat tangan, dan saya disuguhi segelas air putih dingin.
Karena saya merasa ada kesamaan profesi di bidang jurnalistik, kita pun saling bicara soal jurnalistik. Kebetulan saya mengenal seorang pengurus di AJI bernama Bina Karo Sekali. Saya menanyakan keberadaannya kepada panitia tersebut. Saya juga sempat menghubungi Bina Karo Sekali sewaktu saya masih di Kantor AJI Jakarta.
Panitia Xl tersebut juga banyak menyebutkan nama anggota AJI di Medan yang sebagian saya kenal. Di situ, saya mengatakan bahwa saya fotografer Harian Seputar Indonesia (Koran SINDO) biro SUMUT.
Sesaat setelah saya mengatakan itu, Yus sempat terkejut, namun tak lama kemudian dia menyunggingkan senyum. Lalu, masuk ke dalam salah satu ruangan dan meninggalkan saya di ruang tamu Kantor AJI Jakarta.
Sekira 10 menit kemudian, Ateng keluar dan mengajak saya pergi untuk menyewa hotel. Sementara panitia tersebut pergi, katanya mau rapat. Saya pun mengabaikannya.
Saya, Ateng dan Jefri sepupu saya dengan berjalan kaki beranjak meninggalkan kantor AJI Jakarta menuju Hotel Sofyan di Tebet. Setelah check-in, saya dan Jefri masuk ke kamar, sedangkan Ateng pergi meninggalkan kami di hotel.
Singkat cerita, malamnya saya dihubungi kembali oleh Panitia lomba foto XL dan menyuruh saya kembali ke hotel karena ada yang mau dibicarakan. Tepat di Restaurant Hotel Sofyan tersebut kami berbicara. Di situ ada saya, seorang panitia, dua orang public relation XL bernama Febriati Nadira dan Husni.
“Mas Dedy Wartawan ya?” tanya Febriati.
Tanpa berpikir panjang, saya langsung mengiyakannya. “Iya, saya fotografer SINDO di Medan.”
Setelah itu, mereka mengatakan bahwa kemenangan saya dalam XL Award Photo Competition untuk kategori umum dibatalkan. Alasannya, karena profesi saya wartawan. Mereka berdalih, untuk kategori umum, wartawan dilarang ikut. “Sangat disayangkan lho Mas, kemenangan kamu terpaksa kita batalkan. Padahal foto kamu itu, foto terbaik pilihan Juri (Oscar Motuloh),” ujar Febriati Nadira.
Saya coba memberikan argumen. “Mbak, coba lihat brosur yang kalian sebarkan. Di situ ada dua kategori. Satu kategori wartawan dan satunya lagi kategori umum. Kategori wartawan, persyaratannya dipublikasikan di media cetak maupun online. Sedangkan umum dipublikasikan di blog. Tidak ada tertulis untuk kategori umum, wartawan tidak boleh ikut serta. Umum, berarti semua boleh ikut. Baik itu petinju, presiden tanpa pengecualian seorang wartawan,” beberku panjang lebar.
Saya pun menegaskan, jika seandainya dalam brosur tersebut dinyatakan dengan tegas bahwa untuk mengikuti kategori umum wartawan tidak boleh ikut, pastinya saya tidak akan ikut di kategori tersebut. Begitu juga dengan wartawan foto dari media lainnya.
Namun, argumen yang saya sampaikan, tak masuk ke otak mereka. Mereka tetap bersikukuh bahwa persyaratan yang mereka buat sudah tepat. Uniknya, mereka beralasan, tidak dibuatnya secara terperinci bahwa untuk kategori umum tidak dibolehkan seorang wartawan ikut, semata karena terkendala space yang terbatas saat pemuatan iklan di Harian Kompas.
Masalahnya, jika alasan space tersebut, tentu juga tidak masuk di akal. Sebab, di website resmi milik XL yakni www.xl.co.id. sama saja dengan yang tertulis dalam brosur XL Award 2008 tersebut. Di situ juga tidak ada disebutkan larangan wartawan ikut dalam kategori umum.
Beragam tanda tanya membuncah di benak saya. “Mengapa dari dulu saya tidak dihubungi supaya saya bisa memperbaikinya? Sementara di blog milik saya yang beralamatkan www.sinuhajimage. com dengan jelas tertulis di situ bahwa saya ftografer SINDO di Medan,” cecarku.
Mereka menjawab ringan, bahwa profesi wartawan saya itu tidak ada mereka lihat dalam blog saya.. Tak mau dianggap mengada-ada, saya menantang mereka untuk membuka blog saya tersebut saat itu juga. Kebetulan salah satu dari mereka menggunakan Blackberry. Namun, mereka tidak bersedia membuka blog itu di depan saya.
Lalu saya bilang lagi, “Mbak, pada saat mengirim foto yang akan diikutsertakan dalam kompetisi tersebut, saya mengirim ke email XLAward@xl.co. id. Karena ada masalah dengan pengiriman foto tersebut, saya menghubungi public relation Xl yang ada di Medan bernama Maulana Ahmadi. Saya memberitahukan permasalahan saya tersebut. Dan Maulana Ahmadi mengatakan agar saya mengirim ke emailnya yang nantinya akan di forward ke Email XL Jakarta. Dan saya pun mengirimnya.”
Usai itu Maulana Ahmadi mem-forward email saya tersebut secara serentak ke email Husni dan juga email saya. Dalam email tersebut berisi kata-kata “Dear pak Husni, terlampir keikutsertaan teman kita Dedy dari SINDO Medan dalam rangka Lomba Photo XL, mohon bantuannya agar dapat diikutsertakan. Terima kasih”.. Lalu saya mendapat email balasan.
Namun dalam email balasan tersebut, tidak ada pemberitahuan akan kesalahan saya dalam kategori peserta. Dalam email tersebut hanya tertulis agar saya melengkapi persyaratan dan terlampir email baru untuk pengiriman soft copy foto, yaitu xl.award2008@ gmail.com
Dalam perbincangan malam itu, Husni mengakui menerima email dari Maulana Ahmadi tersebut. Namun, uniknya lagi, dia mengaku tidak membaca pesan yang dilampirkan oleh PR XL di Medan itu.
Mereka tetap bersikeras membatalkan kemenangan saya dalam kategori umum, dengan alasan agar XL Award 2008 ini tidak ada yang complain. Mereka meminta saya agar merelakannya demi kredibilitas XL di mata khalayak.
Untuk membatalkan kemenangan yang saya raih, mereka akan mengganti biaya yang telah saya keluarkan, mulai dari tiket pesawat, airport tax, ongkos Damri dari bandara ke kantor Panitia XL serta pengeluaran selama di Jakarta . Tapi, saya menolaknya. Saya tidak ingin timbul kesan dalam benak mereka, bahwa saya mengikuti lomba tersebut semata untuk mengejar uang hadiah.
“Tak usah mbak, saya masih punya uang, cukup kalian mengganti apa yang telah kalian janjikan dari awal, Tiket pesawat dan juga penginapan. Kalau untuk biaya yang lain saya masih punya uang,” jawabku..
Saya pun meninggalkan mereka bertiga dan bergegas masuk ke kamar hotel.
Pada dasarnya mereka mengakui kesalahan mereka, tapi telah saya menjadi korban dari kesalahan yang mereka perbuat.
Ternyata, bukan saya saja. Rekan saya fotografer SINDO di Jakarta, Fransiskus Simbolon juga merasakan kekecewaan yang sama. Pasalnya, dua minggu sebelum saya dihubungi oleh panitia XL Award 2008, Fransiskus Simbolon dikabari via SMS menggunakan nomor 081908075267 yang bertuliskan “ Selamat foto anda mjd salah satu pemenang XL award. Mohon kehadiran dalam malam anugerah XL Award. Undangan akan dikirimkan ke alamat masing-masing”
Namun, saat Fransiskus S menghubungi kembali ke nomor tersebut, si penerima telefon berkilah dan mengatakan bahwa tidak pernah menghubunginya soal kemenangan dalam Lomba XL Award 2008 tersebut. (Sampai sekarang Fransiskus masih menyimpan SMS tersebut).
Sementara itu, saya mendapat informasi juga dari Sekjen PFI, Astra Bonardo. Bahwa dalam XL Award 2007 lalu, Juara III dalam lomba foto XL kategori umum adalah seorang wartawan Jawa Pos bernama Agung Wahyudi.
Hingga sekarang, saya belum bisa menjawab pertanyaan besar yang bersemayam di benak saya; Apa maksud dan tujuan mereka dengan ini semua?
Demikian cerita ini saya tuliskan tanpa menambah atau mengurangi dari hal yang sebenarnya.
NB; turut serta saya lampirkan Brosur XL Award 2008 dan Pengumuman XL Award 2007
“Badai Pasti Berlalu”
Salam,
Dedy Sinuhaji
Seputar Indonesia
Medan, North Sumatera