18 March 2009

Dua sisi pada manusia,...

(intermeso untuk mencerna makna hidup ,...)

Aku tercengang, saat aku curhat, mencak-mencak marah dan kesal, kepada seorang sahabat. Ujar sahabatku, katanya begini bahwa pada diri manusia ada dua sisi. Sisi buruk dan sisi baik. Aku mencerna kata-kata itu, bahwa tiada manusia yang tak luput dari kesilapan, dan jahatnya manusia atau baik, terpulang manusia itu sendiri bagaimana ia membawa dirinya. Hmmm,...iya sih kalo dipikir-pikir, tapi masa lalu dan lingkungan sangat mempengaruhi itu semua.

Aku tidak bisa tidur, terus otakku berkutat...sambil tangan mengaduk sendok pada secangkir kopi hangat yang ingin aku seduh. "Apa karena aku sudah jenuh dijolimin?" tanyaku dalam hati? Ahhh...aku pun sadar aku bukannya baik-baik kali pun. Ada juga sisi buruk sifatku yang tidak disukai orang. Aku harus tepiskan sisi itu menjadi sisi yang baik sehingga aku tidak merugikan atau membuat orang lain sakit hati. Seperti kata orang bijak, "Kebaikan yang kau tanam maka buah kebaikan lah yang kau petik, tapi bila kejahatan yang kau tanamkan maka buah kejahatan itu akan menghampiri hidupmu dan keluargamu", bah!

Akhirnya mataku terpejam juga. Aku bermimpi dan menurutku mimpi itu sangat indah sekali,...
Aku bertemu bidadari cantik dia tersenyum manis kepadaku, saat itu raut wajahku menjadi bersinar, karena dari balik telapak tangan bidadari itu ada seekor kura-kura atau penyu giok. Ia berikan untukku. Hmmm,...aku emang suka banget dengan kura-kura/penyu, tapi hiasannya saja karena yang hidup aku nga akan memeliharanya aku lebih suka binatang penuh misteri ini hidup di alamnya. Kura-kura atau penyu mampu membuat aku tersenyum saat gundah, ada tingkah pola mereka yang lucu menurutku, meski batoknya keras, namun ia sangat merendah bahkan malu-malu, makanya kura-kura/penyu selalu menyembunyikan kepalanya saat ada yang menatapnya...

Saudaraku,...
Dua sisi diri manusia ibarat media menurutku. Media memiliki fungsi memberi informasi, mendidik, menghibur, dan sosial kontrol. Jadi jika dua sisi baik dan buruk manusia itu dipersentasikan seperti persentasi pada media maka kehidupannya akan seimbang. (heheheh...dunia dan akhirat kaleee). Kalau semua fungsi media itu persentasinya sama atau berimbang sesuai kebutuhan, maka media itu akan disukai pembacanya. Karena tidak lari dari relnya...begitu juga manusia, jika ia mampu mengontrol dirinya untuk dua sisi itu. Jangan sampai sisi jahat lebih besar persentasinya ketimbang sisi baiknya. Atau akan lebih baik kalau sisi baiknya lebih besar porsi persentasinya maka damai lah hidupnya dan hidup orang lain.

Lah kok kehidupan orang lain?
Coba bayangkan kalo semua sadar peran kedua sisi itu? Maka tak ada lagi orang yang akan menyumpah yang jelek kepada diri anda malah doa kebaikan yang dipanjatkannya. Pernah suatu kali aku melihat upacara kematian, di rumah itu dipenuhi orang-orang yang melayat, 7 hari berturut-turut orangnya 'ntah datang dari mana saja, padahal si keluarga yang ditimpa musibah itu tidak pernah membeberkan kesemua orang. Ada saja orang yang melayat dan berdoa untuk si mati. Ujar seorang teman, "Yang meninggal ini orang yang baik, lihat banyaknya orang yang berkunjung di rumahnya", duh aku semakin ketakutan. Si almarhum bukan pejabat, atau publik figur tapi yang datang melayat melebih yang datang melayat saat pejabat atau publik figur meninggal dunia. Subhanallah!

Kembali lagi ke fungsi media. Gimana kalo diri kita juga dibuat seperti itu, bicara dan menyampaikan sesuatu dengan informasi yang baik-baik dan bermanfaat. Karena sebaik-baiknya manusia, manusia yang bermanfaat untuk orang banyak. Kedua dalam kehidupannya manusia itu memiliki sikap yang tauladan sehingga menjadi cerminan bagi banyak orang. Ilmu yang dimilikinya selalu bermanfaat untuk orang banyak. Ketiga, ia selalu memberi senyuman termanisnya pada orang yang tak dikenalnya meski itu sekalipun musuhnya. Kata-katanya tak pernah menyakiti hati orang lain, sikapnya tidak menjolimin kehidupan orang lain. Kehadiran sangat dinanti banyak orang karena ia bagaikan payung disaat hujan dam atau air di saat musim kemarau. Hidupnya sangat bermanfaat untuk orang lain.

Keempat ia sanggup menegakkan kebenaran. Tidak pernah takut untuk mengatakan "Tidak" meski nyawanya melayang untuk kebenaran itu. Ia akan menegur jika itu salah, ia akan berjuang jika itu sebuah kebenaran. Dan ia akan mengalah jika itu memang diperlukan untuk kebaikan. Dia menjadi leader untuk semua orang, tapi sebelumnya ia akan berteriak untuk memimpin dirinya dulu, kalo ini sudah berhasil baru ia akan memimpin orang banyak....

Beuh...sisi baik dan buruk? Tak ada manusia yang sempurna, tapi jika kita sadar sempurnaan itu bukan milik kita setidak mendekati kesempunaan itu lebih baik dari pada mendekati ketidak sempurnaan dalam hal ini sisi jelek kita lebih menonjol dalam kehidupan...merenung lah... jadikan diri seperti semut hitam bukan merah. Meski semut hitam sebenarnya mengigit tapi orang tidak berpikir yang jelek-jelek kepada semut hitam, karena kehadiran semut hitam di rumah kata penghuninya akan memberi rezeki, sebaliknya semut merah yang suka mengigit dan bikin yang digigit kesakitan dan marah, maka kalo melihat semut merah atau singah di tubuh manusia, siap-siap lah untuk dipicit sampai mati. Atau ketika semut merah hadir di dinding atau lantai rumah, padahal tidak menganggu atau belum lagi mengigit sudah dimusnahkan dengan siraman minyak lampu,...kasihan ya nasib semut merah. Hik...hik...