Tak bisa aku membencimu
Walau amarah itu teramat sangat
Sungguh...itu benar adanya
Ntah lah...aku kebingungan mencari cara
Mungkin sebaiknya aku tak mengingat semua
Membiarkan ia seperti udara
Tak berasa dan apalagi berberbau
Ya barang kali harus seperti itu
Karena memang bukan sifatku untuk membenci
Kala Matahari menarik selimut mencari kehangatan, Rembulan senandungkan nyanyian hati untuk sang Mataharinya....
04 December 2010
07 November 2010
Kutemukan Kembali
Saat aku letih dan luka itu masih membekas
Kau datang memberi bahumu ntuk aku sandarkan
Aku merebah sejenak dan bersandar dibahumu...
Kau bisikan ditelingaku, energi cinta
Hingga aku yang gerah ini, menemukan kembali duniaku yang hilang
Kau hadir dalam rasa ketakutanku, takut akan kembali terluka
Namun akhirnya kau menyadarkan aku bahwa kau ingin membalut lukaku
Dengan cinta yang kau miliki dan tak bisa kau pungkiri..hingga aku tergugu
Sayang...
Mungkin ini bagiku masih terlalu pagi,
Aku harus memulainya lagi, membuka sedikit demi sedikit celah hatiku yang tertutup itu
Memberi mu ruang untuk kutempatkan dibagian hatiku yang lain
Karena luka itu belum pulih betul dan masih membekas
Kemudian aku balas berbisik...minta, biarkan semua mengalir seperti air
Hingga aku merasakan yang hilang itu akan kembali hadir
Dan aku pun tak bisa pungkiri...aku bahagia saat bersamamu...
Kebahagian yang telah hilang direngut oleh nya...
Kau datang memberi bahumu ntuk aku sandarkan
Aku merebah sejenak dan bersandar dibahumu...
Kau bisikan ditelingaku, energi cinta
Hingga aku yang gerah ini, menemukan kembali duniaku yang hilang
Kau hadir dalam rasa ketakutanku, takut akan kembali terluka
Namun akhirnya kau menyadarkan aku bahwa kau ingin membalut lukaku
Dengan cinta yang kau miliki dan tak bisa kau pungkiri..hingga aku tergugu
Sayang...
Mungkin ini bagiku masih terlalu pagi,
Aku harus memulainya lagi, membuka sedikit demi sedikit celah hatiku yang tertutup itu
Memberi mu ruang untuk kutempatkan dibagian hatiku yang lain
Karena luka itu belum pulih betul dan masih membekas
Kemudian aku balas berbisik...minta, biarkan semua mengalir seperti air
Hingga aku merasakan yang hilang itu akan kembali hadir
Dan aku pun tak bisa pungkiri...aku bahagia saat bersamamu...
Kebahagian yang telah hilang direngut oleh nya...
09 October 2010
Sayang itu Slalu untuk Mu...tapi Aku tak Inginkan Mu
Hampir dua dekade waktu ku lalui tanpa kamu
Aku rindu...
Aku coba membenci
Membuang semua bayangmu, setelah apa yang kulalui bersamamu
Setelah apa yang kau lakukan kepadaku
Tapi akhirnya aku sadar...
Aku tak bisa mengubah hatiku untuk singgah ke lain hati
Ia akan kukunci...
Ia tak akan kubiarkan ntuk dilukai
Ia akan kujaga
Hingga nanti, aku yakin Tuhan akan mempertemu diri ini
Pada sosok diri yang lain...sosok yang mencintaiku tulus dan apa adanya
Yang kumiliki kini keyakinan
Dalam sebuah doa yang kupanjatkan
Agar Tuhan menjagamu untukku...
Memberiku waktu ntuk bisa merangkulmu dalam dimensi waktu yang lain
Mencumbu hatimu untuk bisa mengetarkan kembali hatiku yang kau lukai
Tapi bukan ntuk bersama kamu, meski aku menyayangi
Andai waktu bisa berulang kembali
Yang kuminta kepada-Nya
Hadirkan kamu untukku meski bukan ntuk kumiliki
Karena kini yang kubutuhkan bukan yang ku mau
Bukan bersama mu yang dulu
Karena meski aku menyayangi
Tapi aku tak ingin bersamamu lagi...
Aku rindu...
Aku coba membenci
Membuang semua bayangmu, setelah apa yang kulalui bersamamu
Setelah apa yang kau lakukan kepadaku
Tapi akhirnya aku sadar...
Aku tak bisa mengubah hatiku untuk singgah ke lain hati
Ia akan kukunci...
Ia tak akan kubiarkan ntuk dilukai
Ia akan kujaga
Hingga nanti, aku yakin Tuhan akan mempertemu diri ini
Pada sosok diri yang lain...sosok yang mencintaiku tulus dan apa adanya
Yang kumiliki kini keyakinan
Dalam sebuah doa yang kupanjatkan
Agar Tuhan menjagamu untukku...
Memberiku waktu ntuk bisa merangkulmu dalam dimensi waktu yang lain
Mencumbu hatimu untuk bisa mengetarkan kembali hatiku yang kau lukai
Tapi bukan ntuk bersama kamu, meski aku menyayangi
Andai waktu bisa berulang kembali
Yang kuminta kepada-Nya
Hadirkan kamu untukku meski bukan ntuk kumiliki
Karena kini yang kubutuhkan bukan yang ku mau
Bukan bersama mu yang dulu
Karena meski aku menyayangi
Tapi aku tak ingin bersamamu lagi...
04 September 2010
Menikahlah dengan Hatiku
Ku satukan rangkaian awan putih di langit
Ku bentuk, ntuk kujadikan sebuah hati
Hati yang akan kuberikan untukmu.
Ntuk kamu nikahkan dengan hatimu
Sayang...
Aku tau ini hanya mimpi, mimpi bisa menikah denganmu
Karena ntuk memiliki jiwamu emang tak mungkin
Karena tak ada ruas di hatimu kini ntuk ku tempatkan hatiku yang putih itu
Sebab kamu menentangnya, karena kamu tak menginginkannya.
Sayang...
Menikahlah dengan hatiku
Karena tiap waktu hatiku ini ingin menyatu dengan hatimu
Walau jiwamu tak mungkin ku sentuh
Tapi hatimu telah mengetarkan hatiku dengan sentuhan ketulusanmu
Sayang...
Menikahlah dengan hatiku
Aku rela biarpun aku harus menunggu dalam dimensi waktu
Menjadi perhiasan hatimu
Dan sampai nanti kamu menikahi hatiku
Ku bentuk, ntuk kujadikan sebuah hati
Hati yang akan kuberikan untukmu.
Ntuk kamu nikahkan dengan hatimu
Sayang...
Aku tau ini hanya mimpi, mimpi bisa menikah denganmu
Karena ntuk memiliki jiwamu emang tak mungkin
Karena tak ada ruas di hatimu kini ntuk ku tempatkan hatiku yang putih itu
Sebab kamu menentangnya, karena kamu tak menginginkannya.
Sayang...
Menikahlah dengan hatiku
Karena tiap waktu hatiku ini ingin menyatu dengan hatimu
Walau jiwamu tak mungkin ku sentuh
Tapi hatimu telah mengetarkan hatiku dengan sentuhan ketulusanmu
Sayang...
Menikahlah dengan hatiku
Aku rela biarpun aku harus menunggu dalam dimensi waktu
Menjadi perhiasan hatimu
Dan sampai nanti kamu menikahi hatiku
28 August 2010
Aku Tertipu lagi
Langit yang ku lihat tak biru lagi warnanya
Ia sedikit kelabu dengan garisan-garisan jingga
Diriku pun tak tegak lagi berdiri,
Karena aku benar-benar letih Tuhan
Aku tak mampu lagi memapah diri ini
Tangis ini pun tak sanggup ku hentikan
Teriakan ini pun tak lagi bersuara lantang
Karena rasa sakit ini...cuma Engkau yang tahu
Aku benar-benar tertipu lagi.
Terserah...kali ini aku pasrah pada takdirmu
Jika ini memang takdir.
Hingga aku tak terus tersakiti dengan asa ini
dan tak tertipu lagi...
Mungkin ini lebih baik,
Menyendiri di sudut kota ini
dan ku tutup pintu hati, ntuk semua cinta, walau batin ini menangis...
Ia sedikit kelabu dengan garisan-garisan jingga
Diriku pun tak tegak lagi berdiri,
Karena aku benar-benar letih Tuhan
Aku tak mampu lagi memapah diri ini
Tangis ini pun tak sanggup ku hentikan
Teriakan ini pun tak lagi bersuara lantang
Karena rasa sakit ini...cuma Engkau yang tahu
Aku benar-benar tertipu lagi.
Terserah...kali ini aku pasrah pada takdirmu
Jika ini memang takdir.
Hingga aku tak terus tersakiti dengan asa ini
dan tak tertipu lagi...
Mungkin ini lebih baik,
Menyendiri di sudut kota ini
dan ku tutup pintu hati, ntuk semua cinta, walau batin ini menangis...
19 June 2010
Itu Aku...
Itu aku,
Seorang perempuan yang selalu bawel untuk sebuah harapan
Seorang yang menginginkan kesempurnaan cinta
Seorang yang berpikir hidup untuk hari ini dan esok
Mengisi dan melakukan terus untuk yang lebih baik
Itu aku,
Jiwa itu pernah kosong
Keok pada fakta morgana dan surga dunia yang tak hakiki
Kecewa, patah hati dan hampir bunuh diri
Dosa konyol yang hampir terlakukan karena dia, cintaku
Itu aku,
Tak pernah yakin ketika memiliki
Tapi yakin akan tersakiti
Hmmm itu memang aku
Jiwa kosong itu makin melompong
Tak ada yang bertatah atau mengisinya
Itu aku,
Perempuan yang hilang harapan tapi masih menginginkan harapan
Perempuan yang coba berpura-pura kuat tapi rapuh
Perempuan yang coba tegak ketika tak mampu berdiri dengan satu kaki
Perempuan yang tegar saat sakit itu mengrogoti
Perempuan yang penuh misteri
Perempuan yang dibenci kemudian dicintai
Itu aku,
Coba ntuk lebih religi
Coba selalu dekat dengan Tuhanku
Coba menjadi botol kosong yang dibawa air
Coba ntuk menjadi diri sendiri
Coba ntuk pede
Coba ntuk segalanya yang baik...
Itu aku...
Seorang perempuan yang selalu bawel untuk sebuah harapan
Seorang yang menginginkan kesempurnaan cinta
Seorang yang berpikir hidup untuk hari ini dan esok
Mengisi dan melakukan terus untuk yang lebih baik
Itu aku,
Jiwa itu pernah kosong
Keok pada fakta morgana dan surga dunia yang tak hakiki
Kecewa, patah hati dan hampir bunuh diri
Dosa konyol yang hampir terlakukan karena dia, cintaku
Itu aku,
Tak pernah yakin ketika memiliki
Tapi yakin akan tersakiti
Hmmm itu memang aku
Jiwa kosong itu makin melompong
Tak ada yang bertatah atau mengisinya
Itu aku,
Perempuan yang hilang harapan tapi masih menginginkan harapan
Perempuan yang coba berpura-pura kuat tapi rapuh
Perempuan yang coba tegak ketika tak mampu berdiri dengan satu kaki
Perempuan yang tegar saat sakit itu mengrogoti
Perempuan yang penuh misteri
Perempuan yang dibenci kemudian dicintai
Itu aku,
Coba ntuk lebih religi
Coba selalu dekat dengan Tuhanku
Coba menjadi botol kosong yang dibawa air
Coba ntuk menjadi diri sendiri
Coba ntuk pede
Coba ntuk segalanya yang baik...
Itu aku...
Untukmu...Ibuku
Merah, membara, ingin muntah lalu memakan korbannya
Rasanya ingin mengenyahkan tubuh renta itu
Seperti di hianati dan sakitnya tak terperi
Pengorbanan ku sia-sia padahal semuanya untuk mu
Agar hilang ketakutan mu, gundah mu
Kerut bingung di dahi mu
Lalu tak mengalir tetes dari mata mu
Saat semua orang tak perduli derita mu, bahkan anak mu sendiri
Kurang pengorbanan ku...?
Tak ku sapa diri mu saat berselisih
Hanya lirikan ekor mata sinis melihat sosok mu
Dan kau sepertinya merasakan kebencian ku
Terlihat begitu takut tuk melawan tatap garang ku
Memilih menyendiri di sudut rumah yang ku tumpangi
Bahkan berbicara dengan anak-anak ku pun hanya berbisik
Dan menahan kantuk mu saat aku belum tertidur
Runtuh seluruh bara di jiwa ku
Tersadar aku bahwa dia yang melahirkan ku pada 31 Mei, 32 tahun lalu
Terlintas begitu cepat apa yang telah dia lakukan untuk ku
Pengorbanan ku tak berarti apa-apa di banding pengorbanannya
Akh, jika tangan tua yang kini keriput itu dapat bercerita
Betapa mulai kasihnya, bahkan hingga kini
Lalu kaki yang kini seperti tak mampu lagi menopang tubuhnya
Ku takkan sesempurna ini tanpa cintanya
Dan keriput dengan mata yang hampir tak bisa melihat lagi
Adalah utusan Tuhan bagi anak-anaknya yang hingga kini belum membuatnya bahagia
Dia adalah perempuan yang mengorbankan seluruh hidupnya demi benih cintanya
Tak perduli rintang dan aral serta malu yang menerpa
Perjuangannya hanya dapat dibalas oleh sang empunya jiwa
Di kaki mu surga berada
Mama, aku minta maaf
Tuhan ampunkan aku yang begitu kejam pada ibuku
Bukakan hatinya ntuk menerima maafku
Maafkan khilaf dan sombongku, mama
Belum terlambat ku dapat pelajaran berarti ini
Semoga anak-anakku tak melakukan ini padaku kelak
Tuhan, panjangkan umurnya
Walau takkan semurni ikhlasnya tapi aku ingin berbagi dan berbakti
Beri waktu ku ntuk dapat melihatnya tersenyum bahagia
Takkan ku ulang kesalahan ini
Dan aku tak akan pernah siap jika ia pergi jauh
Mama sirami aku dengan doa-doa mu selalu
Teruslah di samping ku sampai kita sama-sama tua nanti
Mama, aku mencintai mu walau takkan pernah sebesar cinta mu kepadaku
Kita akan tetap bersama dan kau akan bahagia bersamaku
Mama... Sembah sujudku di haribaan Tuhan untuk mu
Mama Koe'
Dinda Bethari, Medan 22510
Rasanya ingin mengenyahkan tubuh renta itu
Seperti di hianati dan sakitnya tak terperi
Pengorbanan ku sia-sia padahal semuanya untuk mu
Agar hilang ketakutan mu, gundah mu
Kerut bingung di dahi mu
Lalu tak mengalir tetes dari mata mu
Saat semua orang tak perduli derita mu, bahkan anak mu sendiri
Kurang pengorbanan ku...?
Tak ku sapa diri mu saat berselisih
Hanya lirikan ekor mata sinis melihat sosok mu
Dan kau sepertinya merasakan kebencian ku
Terlihat begitu takut tuk melawan tatap garang ku
Memilih menyendiri di sudut rumah yang ku tumpangi
Bahkan berbicara dengan anak-anak ku pun hanya berbisik
Dan menahan kantuk mu saat aku belum tertidur
Runtuh seluruh bara di jiwa ku
Tersadar aku bahwa dia yang melahirkan ku pada 31 Mei, 32 tahun lalu
Terlintas begitu cepat apa yang telah dia lakukan untuk ku
Pengorbanan ku tak berarti apa-apa di banding pengorbanannya
Akh, jika tangan tua yang kini keriput itu dapat bercerita
Betapa mulai kasihnya, bahkan hingga kini
Lalu kaki yang kini seperti tak mampu lagi menopang tubuhnya
Ku takkan sesempurna ini tanpa cintanya
Dan keriput dengan mata yang hampir tak bisa melihat lagi
Adalah utusan Tuhan bagi anak-anaknya yang hingga kini belum membuatnya bahagia
Dia adalah perempuan yang mengorbankan seluruh hidupnya demi benih cintanya
Tak perduli rintang dan aral serta malu yang menerpa
Perjuangannya hanya dapat dibalas oleh sang empunya jiwa
Di kaki mu surga berada
Mama, aku minta maaf
Tuhan ampunkan aku yang begitu kejam pada ibuku
Bukakan hatinya ntuk menerima maafku
Maafkan khilaf dan sombongku, mama
Belum terlambat ku dapat pelajaran berarti ini
Semoga anak-anakku tak melakukan ini padaku kelak
Tuhan, panjangkan umurnya
Walau takkan semurni ikhlasnya tapi aku ingin berbagi dan berbakti
Beri waktu ku ntuk dapat melihatnya tersenyum bahagia
Takkan ku ulang kesalahan ini
Dan aku tak akan pernah siap jika ia pergi jauh
Mama sirami aku dengan doa-doa mu selalu
Teruslah di samping ku sampai kita sama-sama tua nanti
Mama, aku mencintai mu walau takkan pernah sebesar cinta mu kepadaku
Kita akan tetap bersama dan kau akan bahagia bersamaku
Mama... Sembah sujudku di haribaan Tuhan untuk mu
Mama Koe'
Dinda Bethari, Medan 22510
27 May 2010
Ntuk Mariyuanaku
(dindabethari, 25510, resah.... dinda bethari: puisi buat sembuh mu, mariyuana....)
Serasa ada yang hilang
Kemana dan di mana
Pertanyaan yang hanya di jawab oleh resah
Angin pun enggan berhembus
Tertarik oleh ritme sunyi
Aku merunduk di sudut sepi
Serasa ada yang hilang
Kemana dan di mana
Pertanyaan yang hanya di jawab oleh resah
Angin pun enggan berhembus
Tertarik oleh ritme sunyi
Aku merunduk di sudut sepi
Kau telah membuat rona
Raut hijau memancar
Tapi kau masih samar
Kau masih bersembunyi di balik malam
Berlindung di antara waktu
dan pertanyaan akan suatu jawaban
Ragu atau hanya semu
Rasa akan membawa kita
Tapi jika matahari bersinar
atau memang hitam
Aku harap kau tak menghindar
Karena ini realita yang dirasa
Aku akan terima walau ragu itu akan semu
15 May 2010
Membuka Hatiku Ntuk Dia
Ku cerna semua kata-katamu,
Baru kusadari cinta tak boleh dipaksakan
Ia mengalir seperti air...hingga akhirnya menyorok dimuara
Muara hatiku yang terdalam.
Kini aku mencoba membukanya untuk ditempati yang lain
Karena kita tak mungkin bersatu
Selagi kita terus mencari perbeda-perbedaan yang tak ada titik temunya itu
Dan untuk kebahagianmu, biarlah aku yang pergi
Mungkin ini jalan yang terbaik seperti pintamu
Mencinta tak harus memiliki
Tuhan segala keperihan dan kesedihan ini Engkau yang tau
Biar aku bawa hati ini untuk dimiliki orang lain
Kekasih yang membutuhkan aku
Kekasih yang bisa menerima sedikit hatiku ntuk menjadi sebagian untuk hidupnya
Karena waktu, tlah membuat ku kembali ntuk menempatkan dia
Di tatah hatiku, yang tlah terisi diri mu dan dia, kekasih baruku
Maafkan jika harus pergi...
Membuka hatiku ntuk dia yang membutuhkan aku
Karena menantimu, sudah cukup waktu ku ntuk itu
Baru kusadari cinta tak boleh dipaksakan
Ia mengalir seperti air...hingga akhirnya menyorok dimuara
Muara hatiku yang terdalam.
Kini aku mencoba membukanya untuk ditempati yang lain
Karena kita tak mungkin bersatu
Selagi kita terus mencari perbeda-perbedaan yang tak ada titik temunya itu
Dan untuk kebahagianmu, biarlah aku yang pergi
Mungkin ini jalan yang terbaik seperti pintamu
Mencinta tak harus memiliki
Tuhan segala keperihan dan kesedihan ini Engkau yang tau
Biar aku bawa hati ini untuk dimiliki orang lain
Kekasih yang membutuhkan aku
Kekasih yang bisa menerima sedikit hatiku ntuk menjadi sebagian untuk hidupnya
Karena waktu, tlah membuat ku kembali ntuk menempatkan dia
Di tatah hatiku, yang tlah terisi diri mu dan dia, kekasih baruku
Maafkan jika harus pergi...
Membuka hatiku ntuk dia yang membutuhkan aku
Karena menantimu, sudah cukup waktu ku ntuk itu
20 April 2010
Memoriam Tsunami dalam Polesan Wisata Islami
Teks Saniah LS
Sebut Aceh, maka terputarlah piringan kelam ‘film hitam-putih’ tentang peristiwa gempa bumi dan tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004. Seketika itu Aceh dikenal di luar maupun dalam negeri karena pemberitaan mengenai tragedi mengenaskan tersebut yang telah menelan korban 173.741 jiwa.
RENYUH hati ini. Bila saya mengenang kembali tragedi yang memilukan tepatnya 5 tahun silam itu, 26 Desember 2004. Seakan bau busuk mayat yang bergelimpangan di trotoar jalan, reruntuhan pertokoan, rumah, dan perkantoran masih tercium jelas, bila saya mengingat kembali memoar pahit tersebut.
Kampung kelahiran orangtua saya yang diluluhlantakan oleh goncangan gempa bumi dan dihempas gelombang tsunami yang setinggi 7 meter. Maka untuk mengenang momen memilukan itu, saya pun melancong tanoh Serambi Makkah melalui jalan darat dengan menggunakan bus pada malam hari. Tepatnya dua bulan yang lalu, pertenggahan Oktober 2009
Tepat pukul 5.30 WIB saya sudah tiba di terminal bus besar di Kota Banda Aceh, yang perjalanannya saya tempuh selama 12 jam. Kemudian singgah sebentar di warung kopi (warko) berlantai dua, Dhapu Kupi. Warkop bergaya minimalis itu berlokasi di Simpang Surabaya jaraknya sekitar 10 kilometer dari stasiun bus. Dari keterangan pelayan Dhapu Kupi, warkop ini buka 24 jam. Jadi apa salahnya sambil menunggu subuh menjelang pagi, saya pun mencoba menikmati kopi Aceh (Kopi Ulee Kareng) dengan beberapa potong roti selai.
Setelah menyeduh ‘si hitam’ dan membayar santapan saya itu dengan biaya yang tidak terlalu mahal yaitu Rp 7000, saya pun melanjutkan perjalanan menuju penginapan dengan menggunakan beca mesin menuju Jalan T. Nyak Arief. Tepat di depan Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin, saya pun diturunkan di hotel ‘berbintang kecil’ yaitu Hotel Madinah. Range menginap di hotel ini lumayan murah dan hotelnya pun lumayan bersih.
O..ya sepanjang perjalanan menuju hotel, saya melihat Kota Banda Aceh raut wajahnya mulai berseri. Ibu kota Pemerintahan Aceh ini sudah tertata rapi dan bersih. Cuma ada satu hal yang menganggu mata yaitu bilboard dan spanduk di setiap sudut kota tertata semeraut, sehingga menutupi sebagian wajah kotanya. Seharusnya hal ini menjadi perhatian Pemerintah Kota Banda Aceh dalam hal penataan kotanya. Jika memang ingin menjadi Kota Banda Aceh sebagai Bandar Wisata Islami Indonesia.
Suara ramai mesin kendaraan menderu, membangunkan saya dari tidur. Saya melirik jam, ternyata hari sudah mulai beranjak siang. Saya pun berpikir sudah cukup tidur tiga jam dan sudah saatnya saya bergegas ke kamar mandi, mandi dan berpakaian. Karena sebentar lagi beca mesin yang mengantakan saya tadi akan menjemput saya kembali.
Setelah siap dengan perlengkapan seperlunya, saya pun menuruni anak tangga dan segera keluar menemui si abang beca yang ternyata sudah 5 menit berada di halaman hotel sederhana ini. Sambil tersenyum saya pun mengatakan kepada abang beca tersebut, bahwa perjalanan saya akan dimulai dari sini. “Sudah lama bang?” tanya saya membuka pembicaraan. “Tidak, baru 5 menit saya sampai,” ujar Ahmad, nama dari abang beca itu yang juga akan menjadi guide saya saat di sini.
Sambil berjalan saya pun menanyakan kepada Ahmad kemana tujuan kami sekarang. “Kemana kita bang?” tanya saya ingin tahu. “Kita ke Museum Tsunami aja dulu,” usul Ahmad. Saya pun mengangguk setuju hingga akhirnya kami pun tiba di depan Museum Tsunami Aceh yang terletak bersebelahan dengan Lapangan Blang Padang.
Arsitetur Modern di Museum Tsunami Aceh
Tempat di depan Museum Tsunami Aceh, di Lapangan Blang Padang, bertenggernya Monumen Pesawat Dakota RI-001 Seulawah—pesawat yang disumbangkan rakyat Aceh untuk perjuangan RI—pesawat Dakota RI-001 ini juga cikal bakal berdirinya perusahaan penerbangan Niaga Pertama Indonesian Airways.
Pesawat ini selamat dari musibah 26 Desember 2004 silam. Kemudian keberadaan monument sejarah bagi rakyat Aceh ini pun di pindahkan posisinya ke sebelah kanan (kalau dulu sebelah kiri). Pesawat Dakota RI-001 Seulawah itu pernah menerbangkan Mohd. Hatta, Wakil Presiden pertama RI keliling Pulau Sumatera. Setelah memotret pesawat tersebut, saya pun melanjutkan langkah kaki saya ke Rumoh Aceh as Escape Hill.
Museum Tsunami ini memiliki banyak arti dalam perlambangannya. Gedung ini berbentuk persis kapal pesiar yang mendarat di pusat kota. Dibangun megah dan modern, berlantai 4 dengan fitur-fitur bangunan bercorak ke Islami. Atap Lantai bangunannya terlihat seperti ombak yang tersisir rapi. Saya terkagum dengan arsitektur bangunannya. Oh ya, dari sebuah situs internet ketika saya browsing sebelum melancong ke mari, untuk berwisata tsunami, bahwa hak cipta desain arsitektur Rumoh Aceh as Escape Hill itu dipegang oleh 4 orang yaitu Muahmmad Eidwan Kamil, Muhammad Yuliansyah Akbar, A.A. Putra Munchana, dan Asep Budiman.
Bagunan modern ini pengerjaannya sudah selesai namun sayang terlihat masih melompong (kosong), belum ada barang atau peralatan peninggalan tsunami yang dipamerkan di sini selayaknya museum lainnya. Sehingga saya dan beberapa pengunjung yang datang ke tempat ini hanya melihat bangunan arsitekturnya saya yang memang terpoles sangat modern.
Oh ya, sebuah infomasi di internet kalau bangunan yang dibangun di atas lahan 10.000 persegi ini dibangun dengan biaya Rp 140 miliar. Dana ini kucuran dari BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi) yaitu Rp 70 miliar dari BRR dan sisanya Rp 70 miliar lagi dikucurkan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI.
Ulee Lheu Kini..
Setelah dari Museum Tsunami Aceh, saya pun melanjutkan perjalanan ke Ulee Lheu Jalannya searah dengan jalan Iskandar Muda, di mana bangunan Museum Tsunami Aceh berada. Jalan ini juga jalan penghubung menuju pelabuhan penyeberangan ke Sabang. Dulu, Ulee Lheu tidak seindah sekarang ini, jalannya juga bagus dan megah.
Nah, di Ulee Lheu ini lah terdapat banyak spot wisata tsunami seperti Kantor Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana Tsunami Center, Masjid Baiturrahim (bangunan yang satu-satunya utuh yang selamat dihantam tsunami), Kuburan Massal, gedung keselamatan, dan alarm pendeteksi tsunami (early warning system). Banyaknya spot wisata tsunami terdapat di sini. Menjadikan Ulee Lheu sebagai salah satu pesisir pantai yang sering dikunjungi pelancong ketika Bertandang ke tempat ini untuk wisata tsunami. Oh ya, letak antara pusat kota dengan pantai Ulee Lheu tidak lah begitu jauh jaraknya. Hanya 5 menit perjalanan.
Setelah terlebih dahulu singgah ke kuburan massal untuk mendoakan para suhada yang meninggal dunia akibat bencan maut itu, saya pun melanjutkan kunjungan ke Masjid Baiturrahim. Namun saya ingin memberikan sedikit infomasi soal kuburan massal di Ulee Lheu. Kuburan di komplek pemakaman massal ini tidak terdapat batu nisan, tapi kuburan di sini berbentuk hamparan tanah kosong dengan rerumputan yang hidup di atasnya dan beberapa gundukan batu alam yang besar pada setiap sudut sisi pemakaman ini. Sementara tembok beton dengan tulisan Arab berwarna hijau berada pada setiap sisi membentuk pagar. Jadi tidak tampak benar seperti komplek pemakaman.
Sedangkan kenapa Masjid Baiturrahim Ulee Lheu selalu disinggahi para pelancong itu karena masjid ini satu-satunya bangunan yang selamat di daerah tersebut. Sementara bangunan lain yang berada disekitar sudah rusak parah dihantam tsunami. Di masjid ini juga terdapat beberapa pajangan foto mengenai peristiwa 26 Desember 2004. Foto-foto yang menjadi bukti bertapa dasyatnya bencana yang sempat melinangkan air mata masyarakat dunia itu terpajang dekat pintu masuk masjid yang ketika siang hari, saat terik, warna langitnya sangat biru. Kontras dengan warna dinding Masjid Baiturrahimnya.
Kapal Apung PLTD, Icon Tsunami
Tidak sempurna kunjungan Anda jika tidak singah Punge Blang Cut, di Kecamatan Meuraxa untuk melihat kapal Apung PLTD milik PLN berbobot 4.500 ton itu yang terdampar dari lautan ke daratan dengan jarak lebih kurang 5 kilometer. Tempat ini juga menurut cerita sudah dikunjungi para pembesar dan seleb dari luar negeri, seperti sekjen PBB; Kopi Anan, mantan presiden Amerika Serikat; George Bush dan Bill Clinton, Ratu Spanyol; Sofia dan Damaso Delario (Dubes Spanyol untuk Indonesia), Perdana Menteri Australia; Kevin Rud, dan Bintang laga Hong Kong, Jacky Chen.
Kehebohan tentang terdamparnya kapal milik PLN yang di datangkan dari Kalimantan Barat ke Aceh untuk memenuhi kebutuhan kekurangan pasokan listrik warga Banda Aceh dan sekitarnya pada saat konflik ke daratan seolah menjadi keajaiban yang luar biasa. Menandakan kekuasaan Tuhan. Saya naik ke atas kapal dan berjalan menyelusuri setiap ruang kapal ini. Tempat tidur, ruang pacu, dan dapur masih terawat dengan baik.
Monumen Kapal Di Atas Rumah
Lampulo merupakan sebuah perkampungan nelayan yang lokasinya tidak jauh dari Penayong, pasar tradisional Aceh. Daerah ini masa gempa bumi dan tsunami dulu kondisinya sangat parah tidak jauh beda dengan kondisi di Punge Blang Cut maupun Ulee Lheu. Namun kini daerah yang dekat pantai ini kini sudah dibangun kembali rumah penduduk oleh NGO sehingga tempat ini pun jadi ramai kembali.
Saya datang ke tempat ini, yang menurut masyarakat sekitar juga sering dikunjungi pendatang dari luar Aceh yang ingin melihat langsung bagaimana kapal kayu yang berukuran besar itu bisa terdampar jauh dari darat dan terdampar di atas atap rumah penduduk yang sudah hancur. Dari amatan saya kalau kita menggunakan logika memang seperti tidak mungkin. Namun apa sih yang tidak mungkin kalau Tuhan berkeinginan lain.
Oh ya sewaktu saya ke mari, monument ini lagi poles dan kapal kayunya juga dicat ulang kembali sehingga lebih kelihatan baru. Sementara agar pengunjung bisa masuk ke kapal ikan tersebut dibuat sebuah jalan penghubung ke arah kapal yang berada di atap rumah itu.
Makam Kuburan Syiah Kuala
Saya tidak merasa lelah, rasa keinginan tahu saya terus membenak sehingga mendorong saya untuk terus meninjau spot-spot wisata tsunami tersebut. Akhirnya perjalanan saya berakhir di komplek kuburan seorang ulama terpandang Aceh yaitu Sheikh Abdul Rauf Al-Fansuri atau yang dikenal dengan sebutan Teungku Syiah Kuala. Ulama besar Aceh kelahiran 1537 M yang wafat pada usia 105 tahun (pada tahun 1696 M) dan kuburannya saat tsunami tidak mengalami kerusakan.
Menurut cerita yang berhembus, makam keramat ini naik di atas permukaan air, sehingga selamat dari kehancuran dan begitu juga dengan mushola di depan kuburan keramat ini. Kini makam aulia tersebut sudah dipoles menjadi sebuah komplek pemakaman yang sangat islami. Pengunjung yang bertandang kemari pun harus berbusana yang menutup aurat. Hal itu jelas tertera di depan pintu masuk makam. Makam ini dijaga oleh penjaga makam yang usianya sekitar 60 tahun. Pria tua berpeci ini akan memberi informasi tentang keberadan kuburan ini.
Mini Box:
Transportasi ke Aceh bisa dilalui dari darat dan Udara. Dari darat bisa menggunakan bus atau L300 dengan waktu perjalanan yaitu 12 jam. Sementara harga tiket bus dari Medan-Banda berkisar Rp 110.000- (bus biasa), Rp 130.000.- (bus ekspres), dan Rp 180.000,- ( bus dengan kursi 2:1), semua ber-AC. Sedangkan ongkos untuk L300 dari Medan-Banda Aceh sebesar Rp 120.000,-.
Saat ini pesawat yang terbang dari Polonia Medan ke Sultan Iskandar Muda-Blang Bintang yaitu Pesawat Garuda, Lion Air, dan Sriwijaya. Harga tiket pesawat sekali terbang dari Rp 400.000.- hingga Rp 700.000,- (sesuai kurs dollar). Jarak terbang dari Medan ke Kota Banda Aceh yaitu 45 menit. Sementara harga hotel di Kota Banda Aceh dari hotel kelas melati hingga berbintang 4 ber-range per malamnya yaitu Rp 180.000,- hingga Rp 900.000,-.
Setelah menyeduh ‘si hitam’ dan membayar santapan saya itu dengan biaya yang tidak terlalu mahal yaitu Rp 7000, saya pun melanjutkan perjalanan menuju penginapan dengan menggunakan beca mesin menuju Jalan T. Nyak Arief. Tepat di depan Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin, saya pun diturunkan di hotel ‘berbintang kecil’ yaitu Hotel Madinah. Range menginap di hotel ini lumayan murah dan hotelnya pun lumayan bersih.
O..ya sepanjang perjalanan menuju hotel, saya melihat Kota Banda Aceh raut wajahnya mulai berseri. Ibu kota Pemerintahan Aceh ini sudah tertata rapi dan bersih. Cuma ada satu hal yang menganggu mata yaitu bilboard dan spanduk di setiap sudut kota tertata semeraut, sehingga menutupi sebagian wajah kotanya. Seharusnya hal ini menjadi perhatian Pemerintah Kota Banda Aceh dalam hal penataan kotanya. Jika memang ingin menjadi Kota Banda Aceh sebagai Bandar Wisata Islami Indonesia.
Suara ramai mesin kendaraan menderu, membangunkan saya dari tidur. Saya melirik jam, ternyata hari sudah mulai beranjak siang. Saya pun berpikir sudah cukup tidur tiga jam dan sudah saatnya saya bergegas ke kamar mandi, mandi dan berpakaian. Karena sebentar lagi beca mesin yang mengantakan saya tadi akan menjemput saya kembali.
Setelah siap dengan perlengkapan seperlunya, saya pun menuruni anak tangga dan segera keluar menemui si abang beca yang ternyata sudah 5 menit berada di halaman hotel sederhana ini. Sambil tersenyum saya pun mengatakan kepada abang beca tersebut, bahwa perjalanan saya akan dimulai dari sini. “Sudah lama bang?” tanya saya membuka pembicaraan. “Tidak, baru 5 menit saya sampai,” ujar Ahmad, nama dari abang beca itu yang juga akan menjadi guide saya saat di sini.
Sambil berjalan saya pun menanyakan kepada Ahmad kemana tujuan kami sekarang. “Kemana kita bang?” tanya saya ingin tahu. “Kita ke Museum Tsunami aja dulu,” usul Ahmad. Saya pun mengangguk setuju hingga akhirnya kami pun tiba di depan Museum Tsunami Aceh yang terletak bersebelahan dengan Lapangan Blang Padang.
Arsitetur Modern di Museum Tsunami Aceh
Tempat di depan Museum Tsunami Aceh, di Lapangan Blang Padang, bertenggernya Monumen Pesawat Dakota RI-001 Seulawah—pesawat yang disumbangkan rakyat Aceh untuk perjuangan RI—pesawat Dakota RI-001 ini juga cikal bakal berdirinya perusahaan penerbangan Niaga Pertama Indonesian Airways.
Pesawat ini selamat dari musibah 26 Desember 2004 silam. Kemudian keberadaan monument sejarah bagi rakyat Aceh ini pun di pindahkan posisinya ke sebelah kanan (kalau dulu sebelah kiri). Pesawat Dakota RI-001 Seulawah itu pernah menerbangkan Mohd. Hatta, Wakil Presiden pertama RI keliling Pulau Sumatera. Setelah memotret pesawat tersebut, saya pun melanjutkan langkah kaki saya ke Rumoh Aceh as Escape Hill.
Museum Tsunami ini memiliki banyak arti dalam perlambangannya. Gedung ini berbentuk persis kapal pesiar yang mendarat di pusat kota. Dibangun megah dan modern, berlantai 4 dengan fitur-fitur bangunan bercorak ke Islami. Atap Lantai bangunannya terlihat seperti ombak yang tersisir rapi. Saya terkagum dengan arsitektur bangunannya. Oh ya, dari sebuah situs internet ketika saya browsing sebelum melancong ke mari, untuk berwisata tsunami, bahwa hak cipta desain arsitektur Rumoh Aceh as Escape Hill itu dipegang oleh 4 orang yaitu Muahmmad Eidwan Kamil, Muhammad Yuliansyah Akbar, A.A. Putra Munchana, dan Asep Budiman.
Bagunan modern ini pengerjaannya sudah selesai namun sayang terlihat masih melompong (kosong), belum ada barang atau peralatan peninggalan tsunami yang dipamerkan di sini selayaknya museum lainnya. Sehingga saya dan beberapa pengunjung yang datang ke tempat ini hanya melihat bangunan arsitekturnya saya yang memang terpoles sangat modern.
Oh ya, sebuah infomasi di internet kalau bangunan yang dibangun di atas lahan 10.000 persegi ini dibangun dengan biaya Rp 140 miliar. Dana ini kucuran dari BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi) yaitu Rp 70 miliar dari BRR dan sisanya Rp 70 miliar lagi dikucurkan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI.
Ulee Lheu Kini..
Setelah dari Museum Tsunami Aceh, saya pun melanjutkan perjalanan ke Ulee Lheu Jalannya searah dengan jalan Iskandar Muda, di mana bangunan Museum Tsunami Aceh berada. Jalan ini juga jalan penghubung menuju pelabuhan penyeberangan ke Sabang. Dulu, Ulee Lheu tidak seindah sekarang ini, jalannya juga bagus dan megah.
Nah, di Ulee Lheu ini lah terdapat banyak spot wisata tsunami seperti Kantor Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana Tsunami Center, Masjid Baiturrahim (bangunan yang satu-satunya utuh yang selamat dihantam tsunami), Kuburan Massal, gedung keselamatan, dan alarm pendeteksi tsunami (early warning system). Banyaknya spot wisata tsunami terdapat di sini. Menjadikan Ulee Lheu sebagai salah satu pesisir pantai yang sering dikunjungi pelancong ketika Bertandang ke tempat ini untuk wisata tsunami. Oh ya, letak antara pusat kota dengan pantai Ulee Lheu tidak lah begitu jauh jaraknya. Hanya 5 menit perjalanan.
Setelah terlebih dahulu singgah ke kuburan massal untuk mendoakan para suhada yang meninggal dunia akibat bencan maut itu, saya pun melanjutkan kunjungan ke Masjid Baiturrahim. Namun saya ingin memberikan sedikit infomasi soal kuburan massal di Ulee Lheu. Kuburan di komplek pemakaman massal ini tidak terdapat batu nisan, tapi kuburan di sini berbentuk hamparan tanah kosong dengan rerumputan yang hidup di atasnya dan beberapa gundukan batu alam yang besar pada setiap sudut sisi pemakaman ini. Sementara tembok beton dengan tulisan Arab berwarna hijau berada pada setiap sisi membentuk pagar. Jadi tidak tampak benar seperti komplek pemakaman.
Sedangkan kenapa Masjid Baiturrahim Ulee Lheu selalu disinggahi para pelancong itu karena masjid ini satu-satunya bangunan yang selamat di daerah tersebut. Sementara bangunan lain yang berada disekitar sudah rusak parah dihantam tsunami. Di masjid ini juga terdapat beberapa pajangan foto mengenai peristiwa 26 Desember 2004. Foto-foto yang menjadi bukti bertapa dasyatnya bencana yang sempat melinangkan air mata masyarakat dunia itu terpajang dekat pintu masuk masjid yang ketika siang hari, saat terik, warna langitnya sangat biru. Kontras dengan warna dinding Masjid Baiturrahimnya.
Kapal Apung PLTD, Icon Tsunami
Tidak sempurna kunjungan Anda jika tidak singah Punge Blang Cut, di Kecamatan Meuraxa untuk melihat kapal Apung PLTD milik PLN berbobot 4.500 ton itu yang terdampar dari lautan ke daratan dengan jarak lebih kurang 5 kilometer. Tempat ini juga menurut cerita sudah dikunjungi para pembesar dan seleb dari luar negeri, seperti sekjen PBB; Kopi Anan, mantan presiden Amerika Serikat; George Bush dan Bill Clinton, Ratu Spanyol; Sofia dan Damaso Delario (Dubes Spanyol untuk Indonesia), Perdana Menteri Australia; Kevin Rud, dan Bintang laga Hong Kong, Jacky Chen.
Kehebohan tentang terdamparnya kapal milik PLN yang di datangkan dari Kalimantan Barat ke Aceh untuk memenuhi kebutuhan kekurangan pasokan listrik warga Banda Aceh dan sekitarnya pada saat konflik ke daratan seolah menjadi keajaiban yang luar biasa. Menandakan kekuasaan Tuhan. Saya naik ke atas kapal dan berjalan menyelusuri setiap ruang kapal ini. Tempat tidur, ruang pacu, dan dapur masih terawat dengan baik.
Monumen Kapal Di Atas Rumah
Lampulo merupakan sebuah perkampungan nelayan yang lokasinya tidak jauh dari Penayong, pasar tradisional Aceh. Daerah ini masa gempa bumi dan tsunami dulu kondisinya sangat parah tidak jauh beda dengan kondisi di Punge Blang Cut maupun Ulee Lheu. Namun kini daerah yang dekat pantai ini kini sudah dibangun kembali rumah penduduk oleh NGO sehingga tempat ini pun jadi ramai kembali.
Saya datang ke tempat ini, yang menurut masyarakat sekitar juga sering dikunjungi pendatang dari luar Aceh yang ingin melihat langsung bagaimana kapal kayu yang berukuran besar itu bisa terdampar jauh dari darat dan terdampar di atas atap rumah penduduk yang sudah hancur. Dari amatan saya kalau kita menggunakan logika memang seperti tidak mungkin. Namun apa sih yang tidak mungkin kalau Tuhan berkeinginan lain.
Oh ya sewaktu saya ke mari, monument ini lagi poles dan kapal kayunya juga dicat ulang kembali sehingga lebih kelihatan baru. Sementara agar pengunjung bisa masuk ke kapal ikan tersebut dibuat sebuah jalan penghubung ke arah kapal yang berada di atap rumah itu.
Makam Kuburan Syiah Kuala
Saya tidak merasa lelah, rasa keinginan tahu saya terus membenak sehingga mendorong saya untuk terus meninjau spot-spot wisata tsunami tersebut. Akhirnya perjalanan saya berakhir di komplek kuburan seorang ulama terpandang Aceh yaitu Sheikh Abdul Rauf Al-Fansuri atau yang dikenal dengan sebutan Teungku Syiah Kuala. Ulama besar Aceh kelahiran 1537 M yang wafat pada usia 105 tahun (pada tahun 1696 M) dan kuburannya saat tsunami tidak mengalami kerusakan.
Menurut cerita yang berhembus, makam keramat ini naik di atas permukaan air, sehingga selamat dari kehancuran dan begitu juga dengan mushola di depan kuburan keramat ini. Kini makam aulia tersebut sudah dipoles menjadi sebuah komplek pemakaman yang sangat islami. Pengunjung yang bertandang kemari pun harus berbusana yang menutup aurat. Hal itu jelas tertera di depan pintu masuk makam. Makam ini dijaga oleh penjaga makam yang usianya sekitar 60 tahun. Pria tua berpeci ini akan memberi informasi tentang keberadan kuburan ini.
Mini Box:
Transportasi ke Aceh bisa dilalui dari darat dan Udara. Dari darat bisa menggunakan bus atau L300 dengan waktu perjalanan yaitu 12 jam. Sementara harga tiket bus dari Medan-Banda berkisar Rp 110.000- (bus biasa), Rp 130.000.- (bus ekspres), dan Rp 180.000,- ( bus dengan kursi 2:1), semua ber-AC. Sedangkan ongkos untuk L300 dari Medan-Banda Aceh sebesar Rp 120.000,-.
Saat ini pesawat yang terbang dari Polonia Medan ke Sultan Iskandar Muda-Blang Bintang yaitu Pesawat Garuda, Lion Air, dan Sriwijaya. Harga tiket pesawat sekali terbang dari Rp 400.000.- hingga Rp 700.000,- (sesuai kurs dollar). Jarak terbang dari Medan ke Kota Banda Aceh yaitu 45 menit. Sementara harga hotel di Kota Banda Aceh dari hotel kelas melati hingga berbintang 4 ber-range per malamnya yaitu Rp 180.000,- hingga Rp 900.000,-.
03 April 2010
Rindu Ayah
Ayah,
Fotomu terus aku pandang
Senyum ketulusan masih membalutku dalam kasih sayangmu
Aku ingat ayah...saat-saat inilah ayah terbaring dalam resah di rumah sakit
Aku mencoba mendongeng pada masa lalu keluarga kita
Sepeda tua yang sering ayah bawa saat ayah berpangkat Letda
hingga Aku dan adikku yang ayah bawa keliling kota
Kota yang mempertemukan ayah dengan ibuku
Yah...sakit hatiku, sakit Yah!
Sakit, saat kantong kerinduanku pecah tak mampu kebendung lagi
Aku sangat rindu Yah, rindu kepada ayah
Aku tak dapat membendung airmata ini
Mata yang selalu ayah tenangkan dalam kelembutan kasih sayang ayah
Yah...saat aku terjaga ditengah malam
Yang mampu kulakukan memanjatkan doa sambil menatap masa lalu kita
Dalam kepingan frame yang ku letakkan dalam kamar tidurku
Yah...
Lihat aku, aku akan menjadi seperti yang ayah pinta
Menjaga dan mengusir sepi ibu dalam tawa canda yang aku hias setiap saat
Karena aku tau ibu sangat sepi tanpa ayah
Di rumah penuh kenangan itu yang tak mampu dia tinggalkan untuk ikut bersamaku
Yah...
Tidurlah dengan tenang
Aku akan menina bobokan ayah dalam hantaran doa malamku
Yah...aku rindu..rindu padamu
Fotomu terus aku pandang
Senyum ketulusan masih membalutku dalam kasih sayangmu
Aku ingat ayah...saat-saat inilah ayah terbaring dalam resah di rumah sakit
Aku mencoba mendongeng pada masa lalu keluarga kita
Sepeda tua yang sering ayah bawa saat ayah berpangkat Letda
hingga Aku dan adikku yang ayah bawa keliling kota
Kota yang mempertemukan ayah dengan ibuku
Yah...sakit hatiku, sakit Yah!
Sakit, saat kantong kerinduanku pecah tak mampu kebendung lagi
Aku sangat rindu Yah, rindu kepada ayah
Aku tak dapat membendung airmata ini
Mata yang selalu ayah tenangkan dalam kelembutan kasih sayang ayah
Yah...saat aku terjaga ditengah malam
Yang mampu kulakukan memanjatkan doa sambil menatap masa lalu kita
Dalam kepingan frame yang ku letakkan dalam kamar tidurku
Yah...
Lihat aku, aku akan menjadi seperti yang ayah pinta
Menjaga dan mengusir sepi ibu dalam tawa canda yang aku hias setiap saat
Karena aku tau ibu sangat sepi tanpa ayah
Di rumah penuh kenangan itu yang tak mampu dia tinggalkan untuk ikut bersamaku
Yah...
Tidurlah dengan tenang
Aku akan menina bobokan ayah dalam hantaran doa malamku
Yah...aku rindu..rindu padamu
20 March 2010
Jangan Biarkan Aku Sendiri
Aku tak ingin sendiri
Sebab sepi itu sangat menyakitkan
Namun lebih menyakitkan jika tak ada dia disampingku
Karena dia dapat merengkuhku saat letih
Menenangkan jiwaku saat resah
Dia juga mampu membuatku menjadi kuat dan tak rapuh
Maka itu aku tak ingin sendiri
Tapi sampai kapan aku harus sendiri
Atau apa aku memang tak pantas memiliki dan dimiliki?
Kenapa?
Apa karena aku tak pantas bahagia bersama orang yang aku cinta
Aku letih dan benar-benar letih jika harus terus sendiri
Sampai kapan sabar itu berbuah bahagia
Bahagia seperti mereka
Tuhan aku benar-benar letih
Panggil aku jika Engkau biarkan aku terus sendiri
Sehingga aku bisa bersama diri-Mu
Menjadi kekasih abadi-Mu
Peluk dan jangan biarkan aku tersesat lagi
Di bumi-Mu yang penuh sandiwara ini
Sebab sepi itu sangat menyakitkan
Namun lebih menyakitkan jika tak ada dia disampingku
Karena dia dapat merengkuhku saat letih
Menenangkan jiwaku saat resah
Dia juga mampu membuatku menjadi kuat dan tak rapuh
Maka itu aku tak ingin sendiri
Tapi sampai kapan aku harus sendiri
Atau apa aku memang tak pantas memiliki dan dimiliki?
Kenapa?
Apa karena aku tak pantas bahagia bersama orang yang aku cinta
Aku letih dan benar-benar letih jika harus terus sendiri
Sampai kapan sabar itu berbuah bahagia
Bahagia seperti mereka
Tuhan aku benar-benar letih
Panggil aku jika Engkau biarkan aku terus sendiri
Sehingga aku bisa bersama diri-Mu
Menjadi kekasih abadi-Mu
Peluk dan jangan biarkan aku tersesat lagi
Di bumi-Mu yang penuh sandiwara ini
28 February 2010
Ini yang Terakhir
Muak...mau muntah rasanya
Cukup ini yang terakhir
Jangan hubungi aku lagi
Ini yang terakhir
Karena aku benci kamu
Muak...mau muntah rasanya
Kamu seperti ular
Melilitku dengan jeratmu
Setelah tak berdaya melawan
Aku pun kau telan
Muak ...mau muntah rasanya
Cukup ini yang terakhir
Karena setelah ini aku tak ingin bertemu kamu lagi
Cukup ini yang terakhir
Karena setelah ini tak ada lagi itu
Cukup kau sakitiku
Ini yang terakhir untuk terus kau lukai.
Cukup ini yang terakhir
Jangan hubungi aku lagi
Ini yang terakhir
Karena aku benci kamu
Muak...mau muntah rasanya
Kamu seperti ular
Melilitku dengan jeratmu
Setelah tak berdaya melawan
Aku pun kau telan
Muak ...mau muntah rasanya
Cukup ini yang terakhir
Karena setelah ini aku tak ingin bertemu kamu lagi
Cukup ini yang terakhir
Karena setelah ini tak ada lagi itu
Cukup kau sakitiku
Ini yang terakhir untuk terus kau lukai.
Jeruji Besi
Aku ada dibalik tembok jeruji besi itu
Kau memenjarakan aku dengan pidana yang tak kulakukan
Aku tak terekspos media sebab salahku tak menjual
Aku juga bukan orang yang dikenal
Tapi aku korban
Korban dari ketidakadilan hukum di negeriku
Aku ada dibalik tembok jeruji besi itu
Menanti hari besar bangsaku
Hingga masa tahanan berkurang
Atau menanti keajaiban dalam khayal menjadi 'selebritas politik'
Dimana pedemo dengan lantang meneriakan kebebasanku
Tapi siapa aku?
Aku ada dibalik tembok jeruji besi itu
Tak lama, bebas itu akan kumiliki
Karena aku telah membayarnya dengan keikhlasanku
Karena aku merasa yakin, hidupku lebih tenang di sini
Dibalik tembok jeruji besi ini
Kau memenjarakan aku dengan pidana yang tak kulakukan
Aku tak terekspos media sebab salahku tak menjual
Aku juga bukan orang yang dikenal
Tapi aku korban
Korban dari ketidakadilan hukum di negeriku
Aku ada dibalik tembok jeruji besi itu
Menanti hari besar bangsaku
Hingga masa tahanan berkurang
Atau menanti keajaiban dalam khayal menjadi 'selebritas politik'
Dimana pedemo dengan lantang meneriakan kebebasanku
Tapi siapa aku?
Aku ada dibalik tembok jeruji besi itu
Tak lama, bebas itu akan kumiliki
Karena aku telah membayarnya dengan keikhlasanku
Karena aku merasa yakin, hidupku lebih tenang di sini
Dibalik tembok jeruji besi ini
26 February 2010
My Deary...
Deary-ku...
Andai saja dia melihat dan mendengar, jika boleh dia juga merasakan
Maka aku ingin dia tau betapa sakitnya aku saat ini
Bukan sakit karena menyayangi dia
Bukan juga karena merindukannya
Aku sakit karena tidak bisa membuang asa ini
Heran dia selalu datang disaat aku tak menginginkannya dan coba membuang bayang-bayang dirinya dan membekukan hatiku, menutup rapat-rapat kenangan saat bersama dia
Tapi aku tak mampu...
Aku tak bisa
Deary-ku
Syarafku tidak lagi bermain logika
Perasaan itu, ia menjadi angka terbesar dalam pikiranku kini
Aku benar-benar sakit dibuatnya
Aku tak kuat lagi menjeritkannya
Bahkan air mata ini juga sudah terburai dan aku hampir gila
Deary-ku
Antara separuh sadar, aku terlalu mengharapkan bisa bersama lagi dengan dia
Bisa bahagia bersama orang yang aku sayangi
Bisa menata hati dan hidupku lagi bersama dia
Dia dan dia yang mampu menenangkan hati ini
Walau dia juga yang mengundahgulanakan hati ini
Apa yang harus aku lakukan diary-ku? Apa?
Walau aku keluar dari kota kenangan itu
Tapi bayangan dia tak bisa ilang begitu saja
Walau aku telah berusaha...berusaha untuk itu semua
Membunuh asaku..membuka pintu hatiku untuk orang lain
Semua sia-sia..dan aku hampir setengah gila
Deary-ku
Aku kini bukan aku yang dulu
Yang kuat dan tidak mau dihambakan cinta
Semua yang aku jalani kosong dan hambar
Kalau tak ingat dosa mungkin aku telah mengakhiri hidupku
Karena aku benar-benar letih
Tak ada dia yang bisa membuat aku seyakin dulu
Dia juga sudah memilih orang lain dan itu bukan aku
Deary-ku
Aku benar-benar hampa
Hacur
juga pupus
Andai saja dia melihat dan mendengar, jika boleh dia juga merasakan
Maka aku ingin dia tau betapa sakitnya aku saat ini
Bukan sakit karena menyayangi dia
Bukan juga karena merindukannya
Aku sakit karena tidak bisa membuang asa ini
Heran dia selalu datang disaat aku tak menginginkannya dan coba membuang bayang-bayang dirinya dan membekukan hatiku, menutup rapat-rapat kenangan saat bersama dia
Tapi aku tak mampu...
Aku tak bisa
Deary-ku
Syarafku tidak lagi bermain logika
Perasaan itu, ia menjadi angka terbesar dalam pikiranku kini
Aku benar-benar sakit dibuatnya
Aku tak kuat lagi menjeritkannya
Bahkan air mata ini juga sudah terburai dan aku hampir gila
Deary-ku
Antara separuh sadar, aku terlalu mengharapkan bisa bersama lagi dengan dia
Bisa bahagia bersama orang yang aku sayangi
Bisa menata hati dan hidupku lagi bersama dia
Dia dan dia yang mampu menenangkan hati ini
Walau dia juga yang mengundahgulanakan hati ini
Apa yang harus aku lakukan diary-ku? Apa?
Walau aku keluar dari kota kenangan itu
Tapi bayangan dia tak bisa ilang begitu saja
Walau aku telah berusaha...berusaha untuk itu semua
Membunuh asaku..membuka pintu hatiku untuk orang lain
Semua sia-sia..dan aku hampir setengah gila
Deary-ku
Aku kini bukan aku yang dulu
Yang kuat dan tidak mau dihambakan cinta
Semua yang aku jalani kosong dan hambar
Kalau tak ingat dosa mungkin aku telah mengakhiri hidupku
Karena aku benar-benar letih
Tak ada dia yang bisa membuat aku seyakin dulu
Dia juga sudah memilih orang lain dan itu bukan aku
Deary-ku
Aku benar-benar hampa
Hacur
juga pupus
09 January 2010
Pintu Cinta
Oleh Saniah LS
Sayang...
Pintu ini telah aku buka lebar
Aku ingin kamu datang tanpa keraguan lagi
Jamah dan rangkul aku dalam kekuranganku ini
Dan terimalah aku apa adanya
Hingga aku merasa bukan lagi menjadi biasmu
Sayang...
Rebahkan lah hatimu pada pondasi cintaku
Kemudian selimuti ia dengan ketulusan
Dan jika kau masih merasa dingin maka bakar lah ia dalam gairah asmara biru
Hingga pada saat itu
Kita disatukan dalam takdir yang lain
Tanpa harus melukai lagi
Tanpa ada yang harus tersakiti lagi
Sayang...
Pintu ini aku buka hanya untukmu
Keletihan jiwaku yang pernah menjerit dalam galau
Kini menanti dalam sekam kerinduan
Kerinduan menjadi pujaan hatimu
Sayang...
Kini terima lah aku
Terima aku apa adanya
Karena aku tidak bisa menjadi seperti yang kau minta
Walau aku pernah berusaha menjadi seperti yang kau mau
Sayang...
Inilah aku dengan segala kekuranganku..terimalah aku.
05 January 2010
Bila..
Oleh Saniah LS
Bila aku bisa mengubah yang pahit itu menjadi manis dan indah
Maka aku tak akan memalingkan hati ini untuk dia lagi yang telah menyakitiku
Bila waktu itu bisa ku putar kembali,
Maka aku akan lebih bahagia bersama kamu, walau hanya sebagai sahabat
Sebab, kamu lah yang teristimewa dalam hidupku kini
Bila dan jika bila
Aku diberi kesempatan untuk bisa bersama mu walau sedetik
Maka aku ingin melakukan yang ingin ku lakukan bersamamu
Melihat senyum mu
Tertawa bersama mu
Dan merasakan hangatnya tatapanmu, walau aku cuma bisa diam membisu kala itu
Jika waktu itu memang ada untukku
Maka aku akan memeluk dirimu erat-erat
Melepaskan keresahan hati ku saat tak bersamamu ntuk sekian lama
Dan meminta mu untuk mengecup kening dan bibirku
Agar kamu bisa merasakan desah keresahanku saat bersamamu
Karena kamu yang teristimewa dan selamanya keberanian itu memang tak ada pada diriku
Jadi memulailah untukku...
Bila aku bisa mengubah yang pahit itu menjadi manis dan indah
Maka aku tak akan memalingkan hati ini untuk dia lagi yang telah menyakitiku
Bila waktu itu bisa ku putar kembali,
Maka aku akan lebih bahagia bersama kamu, walau hanya sebagai sahabat
Sebab, kamu lah yang teristimewa dalam hidupku kini
Bila dan jika bila
Aku diberi kesempatan untuk bisa bersama mu walau sedetik
Maka aku ingin melakukan yang ingin ku lakukan bersamamu
Melihat senyum mu
Tertawa bersama mu
Dan merasakan hangatnya tatapanmu, walau aku cuma bisa diam membisu kala itu
Jika waktu itu memang ada untukku
Maka aku akan memeluk dirimu erat-erat
Melepaskan keresahan hati ku saat tak bersamamu ntuk sekian lama
Dan meminta mu untuk mengecup kening dan bibirku
Agar kamu bisa merasakan desah keresahanku saat bersamamu
Karena kamu yang teristimewa dan selamanya keberanian itu memang tak ada pada diriku
Jadi memulailah untukku...
Subscribe to:
Posts (Atom)