04 July 2007

Anak Kucing & Anak Jalanan

Kala aku gundah, tiba-tiba ada pesan di hpku, yang isinya: Ada seekor anak kucing, kehujanan, basah, kasihan....nggak ada yang nolong si meong yang kehilangan orang tuanya itu. terus, meong kecil warna belang abu-abu itu terus mengeong di depan orang-orang yang lalu lalang ditrotoar jalan. Orang-orang tidak mengerti maksud meongan si kecil. Meong kecil kebingungan lalu dia melangkah, mencari kehangatan dan akhirnya...meong kecil menemukan setumpuk pakaian bekas. Lalu dia membaringkan badan dan mengeringkan bulunya dalam tumpukan pakaian bekas itu. Setelah hangat meong kecil mulai lapar, dia pun mengeong lagi. Orang-orang yang lalu lalang di dekatnya tidak mengerti, hingga meong kecil melangkah pergi dan meninggalkan tumpukan pakaian bekas tadi. Meong kecil mencium bau harum ikan goreng dan dia pun mengeong pada tukang masak warung emperan tersebut. Si tukang masak mengerti, lalu melemparkan tulang ikan yang didapatkannya dari piring kotor. Si kucing melahap tulang itu dengan nikmat, setelah itu pun meong kecil kembali ke tumpukan kain bekas tadi. Tapi ketika meong kecil menyebrang, tiba-tiba sebuah mobil melindas tubuhnya. Meong kecil menatap kosong dengan tubuh yang tergilas di atas aspal jalan, tidak ada meongan lagi, lalu meong kecil memejamkan matanya perlahan dengan senyuman. Dia tertidur damai, tidak kedinginan, tidak kelaparan dan tidak kebasahan lagi. Si meong kecil kini berjalan menyusuri jalan sepi...berharap bisa bertemu ibunya kembali.

Kisah ke dua, saat perut lapar, aku melangkah ke mesin ATM di sebuah plaza depan warung tongkronganku... aku melihat anak jalanan berumur sekitar 7 tahun, tertidur pulas di atas lantai depan pintu ATM, hatiku renyuh...bathinku menjerit...ingin kupeluk dan rangkul sikecil dan membaringkannya di atas alas berlapis kardus bekas, hingga si kecil dekil ini tidak kedinginan lagi. Tapi tiba-tiba tangan ini terhenti, tidak tega membangunkannya wajah polos nan tampan itu. Sikecil tidurnya sangat pulas, dia tidak mendengar gemecik air hujan yang turun, dia tidak merasakan usikan dingin angin malam, dia juga tidak mendengar bisingnya kendaraan yang lalu lalang. Dia benar-benar pulas tidur di emperan. Wajahnya tersenyum bersinar, tatapannya teduh, dua tangan kurusnya saling berpegang erat seperti orang berdua di depan altar. Ada damai yang tidak bisa kumengerti di sana. Hingga niat baikku pun buyar...cuma doa yang bisaku hantar kini. Tuhan...Lindungi sikecilku ini, beri dia kehangatan, jaga dia seperti Engkau menjaga aku, beri sikecilku mimpi indah, dengan taman-taman firdaus-Mu, kicauan burung bagai nyanyian yang terus menina bobokan sikecilku. Berikan ia makanan yang enak-enak dalam mimpi, hingga saat ia terjaga perutnya tidak berbunyi lagi. Tuhan jaga dia untukku, Amin!

Hidup terkadang aneh, disatu sisi orang ingin bertahan hidup tapi Tuhan memanggilnya. Di satu sisi lagi, orang ingin menghabisi hidupnya karena 'ketololan' berdepan dengan persoalan hidup. Di lain sisi lagi orang coba 'mematikan' hidup orang lain dengan 'kekuasaan', ini masalah dengki, iri hati, sombong, penyakit hidup tren kini yang perlu dibasmi. Renyuhkah hati kita? Untuk menghargai setiap yang hidup? Membagi kasih bagi yang membutuhkan, lantas melindungi yang lemah dari kejaliman hidup! Coba lebih peduli dengan sekeliling kita. Buka pikiran dan mata hati kita, jangan biarkan ego dan kesombongan menjadi 'Tuhan' untuk hidup yang tidak pernah abadi ini...