Disudut kota yang selalu kental dengan suasana lalulintasnya yang semerawut dengan bunyi klakson. Aku menghentikan deruan sepeda motorku dipakiran sebuah plasa yang sudah berdiri gagah selama puluhan tahun ini. Langkahku terus menyusuri setiap area pertokoan yang memamerkan beberapa fashion yang modis dekade ini. “Hai!”, sapa laki berperawakan artis yang lengkap dengan topi yang selalu setia menemaninya setiap saat. “He..Daniel!, makin ganteng aja kamu ya. Aku kira artis mana tadi”, kataku sambil membalas gengaman kekar tangan keakraban dari dia. Tiba-tiba ketika pria disamping Daniel yang berusia 25-an gitu menyalami aku, Daniel pun menyelutuk “Kenalkan dia pacarku,” ujar Daniel tanpa canggung lagi. Aku benar-benar terdiam, Daniel membuat aku mati kutu saat itu. Aku terus menatap matanya dan mencari tahu keseriusan omongannya.
Di atas adalah skrip cerita pertemuanku dengan Daniel, teman SMAku dulu yang selalu jadi rebutan cewek-cewek cantik sekolahku. Kenapa Daniel bisa jadi gay? Tanyaku dalam hati. Setahuku dia dulu lelaki ‘normal’, tidak ‘sakit’ seperti sekarang ini.
Gay…Homo…Banci, apa bedanya sih?
Gay, homo dan banci adalah tiga pribadi yang berbeda walau santapan mereka sama yaitu laki-laki. Banci adalah laki-laki yang suka kepada pria, dan merasa seutuhnya mereka itu adalah perempuan, mereka memakai baju perempuan, membuat payudara, operasi kelamin, dll, yang dapat mendukung mereka menjadi perempuan seutuhnya. Homo, pria yang suka dengan laki-laki, mereka berpakaian seperti laki-laki biasa, tetapi gaya jalan, cara bicara, dan tingkah laku mereka seperti perempuan, mereka tidak merubah penampilan mereka. Sementara gay, kaum adam yang suka dengan arjuna, berpenampilan seperti laki-laki biasa, tingkah laku seperti pria biasa, tetap terlihat macho, dan sulit dibedakan dengan laki-laki umum lainnya. Si gay-Elton John, misalnya musisi pop tenar asal Inggris ini tidak tampak feminin-nya, namun dengan bangga menikahi David Furnish (pasangan gay-nya), pria kelahiran Canada yang memang kulit luarnya laki-laki habis. Publik tahu Elton Jhon seorang gay, ini pengakuannya saat menikahi David, setelah Inggris merestui hubungan sesama ini.
Gay, homo dan banci adalah tiga pribadi yang berbeda walau santapan mereka sama yaitu laki-laki. Banci adalah laki-laki yang suka kepada pria, dan merasa seutuhnya mereka itu adalah perempuan, mereka memakai baju perempuan, membuat payudara, operasi kelamin, dll, yang dapat mendukung mereka menjadi perempuan seutuhnya. Homo, pria yang suka dengan laki-laki, mereka berpakaian seperti laki-laki biasa, tetapi gaya jalan, cara bicara, dan tingkah laku mereka seperti perempuan, mereka tidak merubah penampilan mereka. Sementara gay, kaum adam yang suka dengan arjuna, berpenampilan seperti laki-laki biasa, tingkah laku seperti pria biasa, tetap terlihat macho, dan sulit dibedakan dengan laki-laki umum lainnya. Si gay-Elton John, misalnya musisi pop tenar asal Inggris ini tidak tampak feminin-nya, namun dengan bangga menikahi David Furnish (pasangan gay-nya), pria kelahiran Canada yang memang kulit luarnya laki-laki habis. Publik tahu Elton Jhon seorang gay, ini pengakuannya saat menikahi David, setelah Inggris merestui hubungan sesama ini.
Tapi kenapa Daniel begitu berani? Padahal Medan masih menganggap hubungan sejenis, ‘jeruk makan jeruk’ ini masih tabu. Apa karena aku ini teman yang terlalu dipercayainya, atau dia pikir aku ini open minded kali ya. He…he…Daniel…Daniel.
Sandi Para Gay
Untuk mengetahui lelaki itu gay apa tidak, cuma orang tertentu atau kelompoknya sendiri yang tahu. Para gay punya sandi tersendiri untuk memberi sinyal kepada yang lain. Selain tatapan sendu yang mengandung aura seksualitas. Juga ada sandi yang lain. Seperti era 97-an memakai anting-anting sebelah kiri, saputangan di kantong belakang itu terjadi 90-an lalu. Terus cincin dikelingking kiri terjadi ‘99-an gitu tapi semua tidak lagi menjadi patokan karena sandi-sandi ini sudah dipakai orang umum yang menganggap keren. “Ya menurut aku sekarang ini yang pakai cincin dikelingking kiri dominannya masih ada empat puluh persen,” kata Daniel, pria eksekutif yang mengaku kalau dirinya suka sesama sejak TK (Taman Kanak-kanak).
Terus katanya lagi, “Gay itu kalau dilihat dari penampilan, pakaiannya necis, bersih, rapi, dan lifestyle, banget. Sesama gay ada kontak batin pas bertemu, meski tidak kenal satu dengan yang lainnya. Reflek aja, aku akan tau dia gay apa bukan dari tatapan matanya saat beradu tatap denganku,” terang Daniel, yang mengatakan kalau dirinya mulai ML dengan laki-laki sejak SD.
Menurut sebuah sumber akurat dari sebuah penelitian yang dilakukan pada para gay di Surabaya bahwa kata sipeneliti ini, gay senang make’ perhiasan, ’rame’ (banyak). “Tapi ada juga yang menutup jati dirinya agar tidak diketahui orang kalau dia itu gay. Jenis gay ini kebanyakan gay eksekutif. Yang terlalu menjaga privasi mereka dan hidup dan berkumpul dengan sesama klasnya disebuah pub or bar yang di isi orang-orang sekelas dan selevel mereka,” cerita Daniel kepadaku.
Aku jadi tahu gimana kehidupan gay dari bincang-bincang soreku sama Daniel. Daniel pingin aku bisa menerima orang-orang seperti ia, yang memang tidak minta mereka dilahirkan sebagai gay. Tapi juga mereka tidak bisa terus ‘bertopeng’. Karena semakin mereka tidak bisa menerima keadaan diri mereka sendiri mereka akan semakin tersiksa. “Nihil kalau gay yang bawaan lahir, bisa pulih total kalau mereka itu sudah berumah tangga dengan cewek,” ungkap Daniel.
Penyebab Gay
Orang jadi gay banyak sebabnya, bisa karena gen x nya yang berlebihan, bisa ikut-ikutan, karena jerat, patah hati, pelecehan seksual, karena keuangan dll. Menurut tiori dr. Wimpie Pangkahila, ada 4 sebab mengapa seseoran menjadi homoseksual (gay/lesbi) yaitu ada kelainan di otak atau genetik. Kedua, faktor psikodinamik, adanya gangguan perkembangan psikoseksual pada masa kanak-kanak. Terus ketiga, faktor sosiokultural, di mana ada adat-istiadat yang memberlakukan hubungan homoseks dengan alasan tertentu yang tidak benar. Dan yang terakhir nih, faktor lingkungan, keadaan lingkungan yang memungkinkan dan mendorong pasangan sesama jenis menjadi erat. Ada gay karena karena coba-coba jadi ‘jeruk makan jeruk’, dengan imbalan duit segempok. Kalau di Jakarta namanya ‘rumah kucing’. Di rumah mesum ini terjadi transaksi ‘ngesek-gesek’.
Taktik Jerat Gay
Gay itu pintar orangnya, pintar dalam tanda kutip. Dia bisa menjerat orang normal jadi ‘sakit’, biseksual dan akhirnya ketagihan. Ya dengan menyebar perangkap:
1.Cari simpati, bilang sakit dan mau the and (mati). Gay yang menggunakan perangkap ini memikat lelaki dengan cara mengatakan kalau dirinya sudah di vonis Tuhan, bakal tidak hidup lama lagi karena penyakit ini dan itu.
2.Cari simpati dengan cara tempat sandaran, lindungan dan kasih sayang, yang tidak pernah dia dapati sejak kecil. Gay jenis ini mengatakan kalau dirinya sejak kecil tidak pernah mengecap kasih sayang seorang ayah dan abang (kalau dia cuma anak tunggal).
3.Memberi perhatian yang lebih. Gay yang sudah terpikat lelaki normal, dia akan memberi perhatian ekstra, misal dengan memberi uang, jadi tempat curhat yang menyenangkan, dll.
Kecemburuan Gay Hanya Pada Kaum Cowok
Gay kalo marah ngeri, pernah dengar kasus pembunuhan atau penembakan akar-akarnya karena cemburu Top atau Bott nya selingkuh ama gay yang lain. “Kami tidak marah kalau pacar kami itu pacaran sama cewek dan akhirnya menikah. Kami maklum karena kami tahu kami tidak bisa memberi yang cewek bisa berikan. Keturunan...,” terus Daniel pun bercerita, “Kalau aku dan dia sudah ada komitmen, aku atau dia kalau nanti menikah dengan cewek kami harus rela dan ikhlas tapi kalau cowok, kami harus bisa mencicipinya bersama, ha…ha…” canda Daniel dan dia juga mengatakan cowok gay or lesbon bisa ‘habis-habisan’ emosinya kalau cewek atau para istri or suami (ungkapan untuk yang sudah tinggal serumah-red) mereka selingkuh.
Lingkungan Gay di Medan
Dulu menurut cerita Daniel, tahun 1997 di Medan, di kawasan Gatsu (Gatot Subroto) dulunya ada sebuah diskotik yang pengunjungnya para gay dan lesbon. Karena masyarakat kurang senang maka diskotik tersebut pun ditutup. Sekaranng ini tempat lepak seperti ini tidak ada lagi. “Ya, karena kaum gay di Medan masih terselubung, belum berani menampakan diri,” demikian ungkap Daniel. Daniel juga memaparkan beberapa tempat yang dulunya dijadikan tongkrongan gay Medan, “Dulu di Lapangan Merdeka, Pajak Ikan Lama, Depan Resto Kalasan (Medan Plaza), Taman Ria (sekarang Medan Fair). Dan sekarang ini tidak ada patokan khusus tempat-tempat perkumpulan para gay Medan. Dari hasil ‘mata-mataku’ ternyata pria-pria berpakaian necis yang style habis ini sering nongkrong di kawasan Tembakau Deli dan Sudirman.
Menjadi gay bukan lah pilihan atau impian para lelaki, gay juga bukan gaya hidup yang perlu di contoh atau diikut. Si sakit (gay), pada dasarnya ingin menjadi lelaki sejati, menjadi arjuna pada sang dewi namun gen X-nya yang berlebihan membuat ia menjadi Top (lelaki gay) atau Bott (wanita gay) di atas peraduan cinta. Gay cuma persoalan biologis saja, sex yang syor dilakukan dengan sejenis. Sedangkan dalam kehidupan mereka tetap manusia biasa yang berkarya dan berprestasi.